MURID SEJATI
Pdt.
Dr. Eddy Peter P., Ph.D.
Dikhotbahkan
di Philadelphia Baptist Christian Fellowship, Minggu
10 Juli 2005
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakah perjamuan untuk Dia dan Marta melayani Dia, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazaus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, serang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin? Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.” (Yohanes 12:1-8)
Yudas dan Marilah adalah dua pribadi yang mengaku sebagai murid dan sahabat Kristus. Yudas lebih banyak memiliki kesempatan untuk mendengar Firman dan bersama Yesus, namun Maria memiliki kesempatan yang lebih sedikit. Namun demikian ternyata perbedaan ini tidak dengan sendirinya menjadikan Yudas menjadi lebih rohani dari Maria. Karena jika kita memperhatikan perikop di atas dengan seksama, kita akan melihat bahwa Maria adalah murid yang menunjukkan aplikasi kehidupan rohani yang nyata terhadap sahabat dan Tuhannya, sedangkan Yudas sebaliknya justru mengkhianati sahabat dan Tuhannya dan menunjukkan sifat-sifat kedagingannya yang begitu kental dalam dirinya. Apakah yang membuat Yudas dan Maria berbeda? Dan apakah yang seharusnya murid sejati tunjukkan dalam kehidupan nyatanya kepada sahabat dan Tuhannya?
Seseorang yang mengasihi firman Tuhan lebih dari pada uang, dari dalam hatinya akan mengalir kemurahan yang sejati. Namun seseorang yang mengasihi uang lebih dari firman Tuhan adalah mustahil untuk memiliki kemurahan sejati yang lahir dari dalam dirinya.
Kita melihat ada perbedaan yang menyolok dari hati Yudas dan Maria. Yudas memiliki tempat istimewa dalam gereja mula-mula dibandingkan dengan Maria. Yudas adalah salah satu dari dua belas orang yang disebut Rasul (Matius 10:4). Siang malam dan selama tiga tahun ia diajar langsung oleh Guru yang Agung, yaitu Kristus. Ia turut ambil bagian dalam setiap pelayanan Yesus. Bahkan ketika Yesus mengutus dua belas murid untuk memberitakan Injil dan memberi kuasa untuk melakukan mujizat Yudas termasuk di dalamnya. Pada waktu Yesus mengutus tujuh puluh murid untuk memberitakan Injil salah satunya juga Yudas. Ketika semua orang meninggalkan Yesus karena pengajaranNya yang keras, hanya dua belas murid yang masih mau tetap bersama Yesus dan salah satunya ialah Yudas (Yohanes 6:66-71). Bahkan dalam perkumpulan gereja mula-mula Yudas diberi kepercayaan untuk memegang kas. Sedangkan jika kita melihat sisi Maria, Maria adalah perumpan sederhana yang hatinya tulus mengasihi Tuhan.
Maria tidak memiliki kesempatan banyak seperti Yudas untuk turut melayani Tuhan, belajar banyak firman Tuhan. Oleh sebab itu, setiap ia mendengar Yesus datang ke kotanya ia pergunakan kesempatan itu untuk duduk mendengar firman Tuhan walaupun kakaknya Marta sibuk sendiri dengan urusan makanan. Dan Yesus mengatakan bahwa Maria telah memilih suatu pilihan yang terbaik dibandingkan Marta. Kedua orang sosok murid di atas, Yudas dan Maria dapat diidentikkan hamba Tuhan (Yudas) dan jemaat awam (Maria). Namun akhirnya kita melihat bahwa Maria jauh lebih rohani dari pada Yudas yang ‘sok rohani’. Maria menunjukkan ‘kumarahan’ hatinya untuk sahabat dan Tuhannya, yaitu Yesus, sedangkan Yudas menunjukkan ‘pengkhianatannya’ terhadap sahabat dan Tuhannya.
Hati yang memiliki ‘kemurahan’ lahir dari Roh Kudus di dalam diri setiap orang yang telah diselamatkan. Maria adalah murid yang telah sungguh-sungguh diselamatkan. Namun saya tidak melihat bahwa Yudas adalah orang yang sudah diselamatkan. Bahkan pada waktu semua orang meninggalkan Yesus dan hanya tersisa dua belas orang yang tetap mau bersama Yesus yang di antaranya juga ada Yudas, Yesus berkata:
“Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.” Yang dimaksudkanNya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.” (Yohanes 6:70-71)
Walaupun Alkitab mengatakan bahwa Yudas adalah salah satu yang tetap bertahan bersama Yesus, namun Alkitab juga mengatakan bahwa sebenarnya ia adalah Iblis. Yudas tetap bertahan oleh karena motivasi tertentu, namun jelas bahwa motivasinya untuk bertahan bukan karena ia mengahasihi firman -- sebagai mana Maria – yang membuat ia tetap mau tinggal bersama Yesus. Motivasi Yudas untuk tetap tinggal ialah karena cintanya kepada uang. Bisa saja Yudas masih teringat bahwa kedatangan Mesias (Kristus) adalah untuk memulihkan kerajaan Daud dan bertahta sebagai Raja. Yudas berpikir jika sekarang saja ia menjadi bendahara, maka ketika Kristus menjadi Raja, ia bisa menjadi Menteri Keuangan dan bisa mencuri atau korupsi lebih banyak lagi.
Jadi kita melihat di sini bahwa tidak peduli berapa lama seseorang mengikut Tuhan, apa jabatannya di geraja, seberapa banyak ia mengetahui dan menghafal firman Tuhan, ia harus tetap bertobat dan diselamatkan dengan sungguh. Mungkin Anda telah menjadi Kristen lebih dari 10 tahun atau bahkan lebih dari 20 tahun, namun jika Anda belum benar-benar mengalami pertobatan semua itu tidak ada gunanya. Mungkin Anda juga sudah banyak tahu dan hafal Alkitab bahkan berani berkata bahwa doktrin Anda paling benar dan semua orang lain salah, namun jika Anda tidak bertobat semua itu tidak ada gunanya. Anda tidak ada bedanya dengan Yudas Iskariot. Dari pada seperti Yudas, lebih baik Anda menjadi seperti Maria, yang walaupun dalam keterbatasan dan kesederhaannya ia mengasihi Tuhan dan menunjukkan kemurahan hatinya.
Dan saya mau katakan kepada Anda bahwa jauh lebih baik lagi Anda memiliki pengetahuan firman Tuhan yang banyak, terlibat dalam pelayanan yang lebih besar lagi seperti halnya Yudas, namun memiliki hati dan motivasi seperti Maria. Jadi yang menentukan Anda lebih rohani itu bukan lama atau belum lamanya Anda menjadi orang Kristen, banyak atau sedikitnya keterlibatan Anda melayani Tuhan, dalam atau dangkalnya pemahaman Anda akan firman Tuhan, namun hati yang telah diperbaharui melalui kelahiran kembali dan motivasi hati yang tulus dalam mengikut dan melayani Tuhan adalah kunci yang akan membawa Anda kepada apa yang dimaksud dengan ‘rohani’ sejati dan yang dapat menunjukkan kemurahan sejati dalam hidup Anda.
Pada waktu saya berkhotbah di Efata Rotterdam Church di Belanda, gembala gereja tersebut berkata kepada saya bahwa orang Kristen di Belanda tidak suka mendengar firman Tuhan, mereka tidak ada waktu untuk mendengar firman Tuhan dan menganggap itu buang-buang waktu saja. Mereka harus bekerja dan bekerja mencari uang. Bahkan ia berkata bahwa ada jemaat yang mengusulkan agar kebaktian itu 30 menit saja dari mulai nyanyi dan firman Tuhan atau dari mulai sampai selesai. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga tidak betah lama-lama di gereja mendengar khotbah saya? Dan kalau toh Anda masih berada di sini namun pikiran Anda sedang melayang jauh entah kemana. Mungkin Anda berpikir kapan selesainya pendeta ini khotbah, karena saya ada janji bisnis atau mau buka toko dsb. Ingat saudaraku, jika Anda adalah orang yang sudah sungguh bertobat, maka cintamu kepada firman Tuhan lebih besar dari apapun yang Anda miliki di dunia. Jadilah seperti Maria dan bukan seperti Yudas.
Di sini Maria menunjukkan kemurahan sejati. Ia merelakan apa yang sangat berharga untuk Tuhan, untuk pelayanan Kristus menuju salib. Namun Yudas justru lebih mementing-kan dirinya sendiri dan bahkan akhirnya mencelakai sahabat dan Tuhannya. Karena cintanya kepada uang yang melebihi cintanya kepada Tuhan, Yudas bukan hanya menjadi pencuri yang menyebabkan kerugian bagi persekutuannya, namun demi uang ia juga bahkan berani menjual Sahabat, Guru dan Tuhannya sendiri.
Seperti di atas telah saya katakan bahwa apa yang engkau cintai akan menunjukkan siapa dirimu dan apa yang akan engkau lakukan dalam hidupmu. Yudas mencintai uang lebih dari pada firman Tuhan, dan ini menunjukkan diri Yudas yang belum sungguh-sungguh bertobat dan inilah yang mendorong ia menjadi pengkhianat. Namun Maria adalah murid yang mengasihi firman Tuhan lebih dari pada uang – ia memberikan minyak Narwastu yang sangat mahal untuk mengurapi Yesus – dan ini menunjukkan bahwa Maria adalah orang yang sungguh-sungguh bertobat dan Roh Kudus ada dalam hatinya sehingga ia bisa menunjukkan ‘kemurahan’ sejati dalam hidupnya.
Alkitab mengatakan,
Maka
Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu
meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di
seluruh rumah itu. (Yohanes 12:3)
Richard Baxter, sang pengkhotbah Puritan tahun 1960-an menegaskan bahwa salah satu bukti orang yang telah bertobat adalah berani melepaskan apa yang paling ia kasihi di dunia ini untuk Kristus, jika itu yang diminta oleh Tuhan. Dan di sini kita melihat Maria menunjukkan pertobatan sejatinya bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatannya. Namun bagaimana dengan Yudas? Yudas menunjukkan dirinya seperti ‘orang yang sangat rohani’ namun hati dan perbuatannya tidaklah demikian.
Tetapi Yudas Iskariot, serang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin? Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. (Yohanes 12:5-6)
Apakah Anda masih berani mengatakan bahwa diri Anda sudah sungguh-sungguh bertobat dan diselamatkan. Jika iya, seharusnya Anda berani mengatakannya. Namun sudahkan Anda menunjukkan ‘kemurahan’ seperti yang ditunjukkan oleh Maria? Sudahkan Anda memberikan apa yang Tuhan minta dari Anda, entah pikiran Anda, tenaga Anda, semangat Anda dan bahkan uang Anda untuk pelayanan Kerajaan Allah? Sudahkan Anda mengulurkan tangan Anda untuk saudara-saudara yang membutuhkan pertolongan Anda? Saya tidak mau dan Tuhan juga tidak mau Anda menjadi Yudas modern yang suka mencuri (bisa dalam pengertian menipu dan korupsi), berkhianat (yang biasanya susah dihindari di dunia bisnis), dan bahkan menyakiti hati Tuhan dengan menjual iman Anda.
Saya sebagai hamba Tuhan tidak hidup dari persepuluhan jemaat, namun melalui berkat Tuhan dari pekerjaan saya sebagai dosen. Namun saya ingin menegaskan kepada Anda, bahwa sepersepuluh pendapatan Anda itu adalah milik Tuhan yang harus kita berikan kepada Dia, karena jika tidak kita adalah pencuri milik Tuhan. Persepuluhan Tuhan pakai untuk mengajar apakah kita mau mengucap syukur kepada Tuhan dan mengasihi Tuhan, dan bukan karena Tuhan miskin. Karena semua yang kita miliki sebenarnya milik Tuhan. Kita tidak pernah menciptakan semua yang kita miliki dan nikmati. Tuhanlah Pencipta dari segala sesuatu. Ilustrasi berikut ini kiranya dapat membuat Anda mengerti.
Ada seorang kontraktor yang sedang memperoleh kepercayaan dari perusahaan X membangun bangunan bertingkat lima belas. Suatu hari sang kontraktor datang ke lapangan untuk mengawasi para kulinya. Dari lantai satu ia menaiki tangga demi tangga dari bangunan yang masih berbentuk kerangka itu, sampai akhirnya ia tiba di lantai empat. Ia berhenti karena ada sesuatu yang tertinggal di bawah yang ternyata H.P.nya yang tadi ia taruh di meja lantai satu yang lupa diambilnya kembali. Ia meneriaki kulinya di lantai satu - yang kelihatannya juga mau naik -- untuk membawakan H.P.nya yang tertinggal. Namun sayang si kuli tidak mendengarnya. Untung si Bos ini mempunyai ide yang bagus. Ia merogoh uang logam Rp. 50,- dari kantong celananya dan melemparkan ke bawah tepat di depan si kuli dengan harapan si kuli mengambil Rp. 50,- itu dan kemudian mencari tahu dari mana jatuhnya uang itu dan menengok ke atas. Benar si kuli mengambil uang Rp. 50,- itu, apakah ia nengok ke atas? Tidak! Si Bos berpikir mungkin Rp. 50,- terlalu kecil dan ia mengambil koin Rp. 100,- dan melemparkannya kembali ke bawah dan lagi diambilnya oleh si kuli. Apakah sekarang si kuli nengok ke atas? Tidak! Mugkin masih terlalu kecil pikir si Bos. Ia mengambil koin Rp. 500,- dan melemparkan ke bawah. Apakah si kuli sudah mau nengok ke atas? Tidak! Mungkin masih terlalu kecil pikir si Bos. Ia merogoh koin Rp. 1.000,- dari kantong celananya dan melemparkan ke bawah. Kembali si kuli mengambilnya namun juga tidak nengok ke atas walaupun ia sudah mendapat uang Rp. 1.650,-. Maka kesallah hati si Bos. Kemudian ia mengambil batu dan melemparkan tepat ke kepala si kuli. Apakah si kuli nengok ke atas? Tentu iya! Ia memaki-maki sambil melihat ke atas, “Siapa yang melempar batu ke kepala saya?”
Begitu juga seringkali dengan kita. Tuhan menyalurkan banyak berkat kepada kita supaya gereja Tuhan dapat terus eksis dan mengembangkan pelayanannya. Ketika Tuhan memberi sedikit kita tidak ingat Tuhan, dan ketika Tuhan makin memberkati dan makin memberkati lagi, kita masih lupa ingat Tuhan dan mengucap syukur kepadaNya. Maka ketika Tuhan memukul kita, kita baru berteriak kepadaNya. Kiranya ilustasi ini cukup membuat Anda jelas akan tugas Anda di hadapan Tuhan.
Kemurnian hati yang dimiliki Maria memimpinnya kepada pengenalan akan Tuhan yang sangat dalam yang dapat kita perhatikan dari ayat ke tujuh. Namun kepalsuan Yudas bukan hanya membuat ia tidak mengenal Tuhan, namun bahkan menjual Tuhan.
Walaupun Yudas lebih dekat dengan Yesus dibandingkan Maria, namun Yudas tidak mengenal Yesus dengan jelas seperti halnya Maria. Yang Yudas tahu tentang Yesus, Yesus adalah Mesias yang dijanjikan akan memulihkan kerajaan Israel. Oleh sebab itu, demi masa depan duniawi yang cerah Yudas memutuskan untuk tetap bersama Yesus menjadi bendahara Yesus yang kemudian nantinya berubah menjadi Menteri Keuangan. Yudas berharap Yesus segera melakukan revolusi terhadap pemerintahan Roma yang pada waktu itu berkuasa atas Israel. Oleh karena cintanya kepada uang, Yudas menjual sahabat, Guru dan terlebih Tuhannya dengan harga seorang budak. Yang mungkin juga terlintas dalam pikiran Yudas bahwa dengan menyerahkan Yesus, akan mendorong Yesus untuk segera menyalakan revolusi. Yudas sama sekali tidak mengenal Yesus.
Namun bagaimana dengan Maria? Ia sangat mengenal Tuhan. Dalam kultur Yahudi pada zaman itu, seorang gadis biasanya mengumpulkan minyak narwatu sebagai persiapan menyambut hari perkawinannya. Namun dalam kasus Maria di sini tidak demikian. Ia merelakan minyak yang sangat berharga dalam hidupnya itu untuk mengurapi kaki Yesus, karena ia tahu bahwa sebentar lagi Yesus akan mati demi menebus dosa, walaupun Ia akan datang kembali menjadi Raja. Dalam Alkitab KJV ayat 7 ini lebih jelas yaitu, “Allow her, for she has kept it for the day of My burial.” Atau “Biarkan dia melakukan hal itu, karena ia telah mempersiapkan itu untuk hari penguburanku.” (Yoh. 12:7). Maria mengenal Yesus bukan hanya Ia akan menjadi Raja, tetapi Ia juga Juruselamat yang harus mati menganggung dosa dunia. Ini lahir dari hatinya yang mencintai firman Tuhan lebih dari pada uang. Ia tidak seperti Yudas yang hanya memikirkan uang dan kesenangan duniawi.
Berapa banyak orang Kristen yang mengaku bahwa dirinya sudah diselamatkan namun ternyata ia menjual ‘imannya’ demi uang dan kedudukan. Berapa banyak pemuda-pemudi Kristen meninggalkan gereja karena jodoh yang tidak seiman namun memiliki uang dan masa depan yang secara duniawi dapat dikatakan cerah. Bahkan walaupun mereka tahu itu berbahaya, mereka masih bisa berargumentasi bahwa tujuan menikah dengan orang yang tidak beriman itu adalah supaya dapat memenangkan pacar yang akan menjadi suami atau istrinya itu. Saya katakan ini persis dengan Yudas tadi. Ketika ia menegor Maria, ia menegor dengan alasan sangat rohani, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?”
Suatu kali ada sepasang pemuda pemudi Kristen yang sedang dimabuk asmara. Ia adalah Mary dan pacarnya bernama Jony. Mary adalah seorang pemudi yang sangat rohani dan melayani di gereja, sedangkan si Jony tidak jelas status imannya. Di sore itu Jony mengajak Mary kencan di sebuah taman. Mereka memilih tempat duduk di taman itu yang dikelilingi pepohonan yang mana posisi mereka tidak dapat lagi dilihat orang dari segala penjuru. Sebagai seorang pria si Jony mulai merayu Mary dengan rayuan gombalnya sehingga membuat Mary terbuai oleh rayuan si Jony. Dan mulailah tangan si Jony beraksi sambil mengelus-elus tubuh Mary. Mary yang dikenal sangat rohani itu serentak memberontak dan bekataka, “Oh Jony, Do Not Touch Me!” (Oh Jony, jangan sentuh saya!). Si Jony berhenti beraksi, namun si Mary tidak berniat untuk mengajak Jony pergi dari tempat itu. Mulailah mereka mengobrol lagi dan Jony mengeluarkan jurus rayuannya yang lebih jitu. Dan ketika Jony melihat si Mary mulai terbuai lagi, maka mulailah Jony beraksi lagi, dan lagi Mary menepis tangan Jony dan berteriak, “Oh, Jony, Do Not Touch!” (Oh, Jony, jangan sentuh!). Yah, Mary yang hebat! Namun lihat Mary sudah kehilangan satu katanya, yaitu “Me”. Jony bukanlah pemuda yang gampang menyerah. Ia kembali meluncurkan jurus rayuannya yang lebih mematikan dan setelah melihat Mary kembali terbuai, si Jony kembali beraksi, dan lagi-lagi Mary berteriak, “Oh, Jony, Do Not!” (Oh, Jony, Jangan!). Lihat Mary kehilangan satu kata lagi di sini, yaitu “Touch”. Bahaya mengancam namun Mary tetap tidak menyadarinya. Jony lebih gencar lagi menyerang Mary dengan jurus pamungkasnya dan Mari kembali terbuai. Jony tahu itulah saatnya beraksi. Ketika Jony mulai beraksi, Mary berkata dan kehilangan satu kata lagi yaitu “Not”. Mary berkata, “Oh, Jony, Do!” (Oh, Jony, lakukan!), dan akhirnya kata demi kata hilang, dari “Oh, Jony, Do!” menjadi, “Oh, Jony!” kemudian “Oh!” dan habislah semua yang selama ini menjadi kebanggaan Mary.
Apakah Anda melihat akibat orang yang mencobai dirinya sendiri. Jika Tuhan mengajarkan kita berdoa, “Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan,” maka janganlah justru Anda sendiri yang mau masuk ke dalam pencobaan.
Pada waktu berkali-kali Yesus berbicara kepada murid-muridnya tentang seorang pengkhianat, atau bahkan Iblis, seharusnya Yudas sadar dan tidak mau menggenapkan itu adalah dirinya. Namun karena cintanya kepada uang Yudas tidak mengenal Tuhannya bahkan ia menjual Sahabat, Guru dan Tuhannya. Ia telah merugikan Sahabatnya, ia telah menyakiti dan bahwa membunuh Sahabatnya. Dia sama sekali tidak menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang murid sejati atau bahwa ia adalah orang yang telah diselamatkan dan memiliki Roh Kudus. Namun tidak demikian halnya dengan Maria.
Saudaraku! Marilah kita mengoreksi diri kita. Sudahkah kita menjadi murid sejati seperti Maria. Sudahkah kita menunjukkan aplikasi nyata pertobatan kita seperti yang Maria tunjukkan? Menjadi murid sejati tidaklah gampang. Namun bukan berarti Anda tidak dapat melakukannya. Berdoalah dan cobalah terus menerus, maka Anda akan menjadi murid sejati seperti Maria. AMIN.