Come Back

IMAN SEJATI BUKAN SEKEDAR BERKATA, “AKU PERCAYA!”

 

Pdt. Dr. Eddy Peter P., Ph.D.

 

Khotbah ini di Khotbahkan di

Philadelphia Baptist Christian Fellowship

 

 

“Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Markus 1:14)

 

“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yakobus 2:17)

 

Dr. Hymers, Jr. dalam bukunya The Church That Will Be Left Behind pada pasal empat menegaskan bahwa kita sekarang hidup di zaman kesesatan yang dinubuatkan dalam II Tesalonika. Dan kesesatan ini dimulai dengan pelayanan Charles G. Finney pada tahun 1820-an dengan metode penginjilan ‘decisionism’-nya. ‘Decisionism’ telah menggantikan ‘conversion’ atau perlunya pertobatan sejati. Asal seseorang mengaku di mulut bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, maka orang itu sudah pasti telah beroleh selamat. Dan subyek ini dibahas secara intensif oleh Dr. R.L. Hymers, Jr. dalam bukunya yang berjudul Preaching to a Dying Nations dan Today’s Apostasy: How “Decisionism” is Destroying Our Churches.

 

            Mungkin beberapa dari Anda masih bingung atau belum familier dengan kedua istilah di atas, yaitu ‘decisionism’ dan ‘conversion’. Oleh sebab itu, sebelumnya saya juga ingin menjelaskan apa pengertian kedua terminologi tersebut seperti yang dijelaskan oleh Dr. R.L. Hymers, Jr. berikut ini:

 

Decisionism adalah kepercayaan bahwa orang diselamatkan dengan cara maju ke depan, angkat tangan, berdoa menerima Yesus Kristus, memegang doktrin yang benar, membuat komitmen menjadikan Yesus Tuhan, atau beberapa tindakan eksternal atau perbuatan manusia lainnya, yang disejajarkan, menjadi bukti dari pertobatan batiniah; ini juga percaya bahwa seseorang diselamatkan dengan cara menunjukkan pengambilan keputusan secara eksternal; percaya bahwa tindakan demikian menunjukkan bahwa ia sudah diselamatkan.

 

Conversion adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus yang telah menarik orang berdosa kepada Yesus Kristus untuk dibenarkan dan dilahirbarukan, dan mengubah posisi orang berdosa di hadapan Allah dari orang terhilang menjadi orang yang telah diselamatkan, impartasi kehidupan illahi untuk jiwa yang telah rusak, yang selanjutnya menghasilkan kehidupan baru dari pertobatan. Sisi obyektif keselamatan adalah pembenaran. Sisi subyektif keselamatan adalah kelahiran baru. Hasilnya adalah pertobatan. [Dr. R.L. Hymers, Jr., The Church That Will Be Left Behind, hal. 37]

 

Ketika mengomentari Kejadian 6:11-13 Dr. Hymers, Jr. berkata:

 

Seberapa banyak jumlah orang yang benar-benar masuk ke dalam bahtera dan diselamatkan? Hanya delapan orang (II Petrus 2:5a) dan selebihnya “orang-orang fasik” masuk neraka (II Petrus 2:5b). Mereka mengalami penghukuman kekal walaupun mereka memanggil nama TUHAN  (Kejadian 4:26). Tidak ada gunanya jika orang berdoa atau “percaya” tanpa masuk Bahtera, yang menggambarkan Kristus. Pada zaman ini banyak “doa menerima Yesus dari orang berdosa”, percaya pada doktrin yang benar tanpa masuk ke dalam bahtera! Mereka telah mengalami “decisionism” daripada “conversion”. . [Dr. R.L. Hymers, Jr., The Church That Will Be Left Behind, hal. 36-37]

 

            Perhatikan! Saya tidak bermaksud untuk mengajar Anda bahwa keselamatan dapat dicapai oleh karena perbuatan, pekerjaan atau hasil usaha manusia. Saya tegaskan kepada Anda bahwa keselamatan adalah kasih karunia, anugerah melalui iman di dalam Kristus, bukan oleh usaha dan pekerjaan kita (Efesus 2:8-9). Namun Firman Tuhan juga menegaskan bahwa seseorang yang sudah beroleh selamat, harus memanifestasikan buah-buah pertobatannya. Iman tanpa pertobatan adalah mati (Yakobus 2:17).

 

            Yakobus dalam inspirasi Roh Kudus berkata,

 

Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (Yakobus 2:20)

 

Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku. (Yakobus 2:18)

 

            Sekalipun Anda sudah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamatmu. Sekalipun Anda telah maju ke depan menerima undangan keselamatan di gereja atau di setiap KKR. Bahkan sekalipun Anda sudah menyerahkan diri untuk melayani Tuhan atau menjadi hamba Tuhan. Omong kosong kalau Anda berkata sudah diselamatkan namun kehidupan Anda tidak memancarkan kasih Allah, tidak ada terlihat buah-buah pertobatan dan buah Roh, namun justru buah-buah daging yang nampak jelas dalam hidup Anda, yaitu; “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.” (Galatia 5:19-21). Keselamatan dan pertobatan sejati bukan hanya bersifat eksternal atau ‘decisionisme’, tetapi harus bersifat internal yang melahirkan kehidupan eksternal atau ‘conversion’.

 

            Pada kesempatan ini saya ingin mengajak Anda untuk berbicara tentang apakah iman yang sejati itu. Kita akan melihat kata ‘iman’ ini dari bahasa aslinya, yaitu ‘pistis’. Dalam kamus Bahasa Yunani atau The New Analytical Greek Lexicon, Wesley J. Perschbacher memberikan beberapa arti dari kata ‘pistis’ dan di antaranya ialah; Faith, firm conviction, honesty, integrity, faithfulness, truthfulness, assurance or guarantee. Dan pada kesempatan ini saya akan menyampaikan khotbah eksegetikal dari kata ‘pistis’ ini:

 

I. Iman Sejati adalah Percaya Segenap Hati (Faith)

           

            Dari manakah datangnya iman yang menyelamatkan itu? Dr. Stephen Tong dalam bukunya From Faith To Faith bab pertama memberikan empat presuposisi iman yang salah, yaitu; (a) Iman berdasarkan penglihatan, yaitu “Jika saya melihat, saya percaya.”; (b) Iman berdasarkan pengalaman, yaitu: “Jika saya mengalami, saya akan percaya.”; (c) Iman berdasarkan bukti, yaitu: “Jika ada buktinya, saya akan percaya.”; dan (d) Iman berdasarkan logika, yaitu: “Jika masuk akal, saya akan percaya.” [untuk lebih jelas baca Stephen Tong, From Faith to Faith. Penerbit Momentum].

 

            Saya setuju dengan penjelasan Dr. Stephen Tong tentang hal ini. Iman yang sejati tidak di dasarkan pada penglihatan, pengalaman, bukti atau logika, tetapi seharusnya dari iman kepada iman (from faith to faith) sebagaimana Rasul Paulus tegaskan:

 

“Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.” (Roma 1:17)

 

            Kalau demikian dari mana datangnya iman yang menyelamatkan itu? Dr. R.L. Hymers, Jr. dalam khotbahnya We Are Against Decisionism- In Both Its Main Forms di Kebaktian Pagi, 26 Juni 2005, di Fundamentalist Baptist Tabernacle of Los Angeles berkata,

 

Allah dalam Kristus adalah pemberi dan penyempurna iman keselamatan (Ibrani 12:2). Seperti nabi Yunus begitu sempurna meletakkannya dalam hatinya, "Keselamatan adalah dari Tuhan” (Yunus 2:9). Atau, seperti Yohanes Pembaptis berkata, "Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya sendiri, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga " (Yohanes 3:27).

Allah di dalam Kristus adalah pemberi dan penyempurna iman kita. Keselamatan datang dari Tuhan. Manusia tidak dapat menerimanya tanpa Allah memberikannya kepadanya. "Siapa yang dapat diselamatkan?… bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian dengan Allah…" (Markus 10:26-27).

 

Dr. R.L. Hymers, Jr. juga berkata,

 

Saya  tidak dapat menjamah atau menembus hatimu. Bahkan khotbah saya juga tidak dapat menembus hatimu. Dan konseling yang kami berikan setelah kebaktian juga tidak dapat menembus hatimu. Hanya Tuhan yang dapat melakukannya!… mengapa Tuhan menjamah hati orang-orang dan membuat mereka merasa penuh dengan dosa dan kejahatan? Jawabannya sederhana – kamu tidak akan pernah benar-benar merasa perlu Kristus, sampai kamu menyadari dirimu sendiri yang penuh dosa. Tanpa kamu benar-benar menyadari dosa-dosamu, kamu akan menolak Kristus, menutup mukamu dari Dia, dan tidak menginginkanNya, karena padaNya tidak ada yang menarik bagi kamu…. Mengapa beberapa orang percaya kepada Kristus ketika yang lain tidak? Luther berkata bahwa ini adalah misteri, yang melampaui pemikiran manusia, dan tidak dinyatakan oleh Alkitab. Saya berpikir ia benar menekankan ini. Tetapi inilah yang pasti – tidak seorangpun akan datang kepada Kristus sampai menyadari dosa-dosanya. Ini bisa terjadi dengan cepat pada beberapa orang, namun mungkin lebih lambat pada orang yang lain.    

 

            Dengan mengutip kedua pengkhotbah besar di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa iman sejati atau iman yang menyelamatkan adalah percaya dengan segenap hati yang lahir dari jamahan Tuhan terhadap hati orang berdosa. Dan dengan iman yang datang dari Tuhan inilah yang memunkinkan orang berdosa datang kepadaNya, mengakui dosa-dosa dan bertobat dengan sungguh-sungguh. Iman keselamatan itu akan memimpinnya untuk tetap beriman kepada Tuhan. Seseorang yang telah menyatakan bertobat, bahkan maju ke depan memenuhi panggilan pertobatan dalam  acara KKR atau pun kebaktian-kebaktian, namun kemudian pertobatan itu tidak terlihat dalam kehidupannya yang nyata – misalnya mengasihi kebenaran, mengasihi orang lain dll. --  yang menunjukkan bahwa iman itu telah memimpinnya kepada iman yang bersifat terus menerus, menurut saya ia sebenarnya belum bertobat. Hatinya belum mengalami jamahan Tuhan. Ia belum menerima iman dari Tuhan. Ia belum diselamatkan.

 

 

 

II. Iman Sejati adalah Iman yang Tak Tergoyahkan (Firm Conviction)

 

            Tolong perhatikan! Di sini saya tidak bermaksud untuk berkata kepada Anda bahwa kita harus mempertahankan iman kita untuk dapat diselamatkan atau kita akan kehilangan keselamatan jika kita tidak berhasil berdiri teguh di atas iman kita seperti yang diajarkan Armenianisme. Yang saya mau tegaskan kepada Anda di sini adalah: Jika Anda sudah diselamatkan. Jika Anda sudah  memiliki iman keselamatan yang diberikan Tuhan itu, maka Anda akan berdiri teguh dan tak tergoyahkan sampai akhir hidup Anda. Ini adalah apa yang mungkin pernah saudara dengar tentang “sekali selamat tetap selamat.” Saya tegaskan kembali kepada Anda, Jika Anda sudah diselamatkan, memiliki iman keselamatan yang diberikan Tuhan, maka Anda akan memiliki pendirian teguh yang tak tergoyahkan. Dan ini bertolak belakang dengan pengajaran yang mengatakan kita harus berdiri teguh di atas iman, dan setelah itu kita beroleh selamat.

 

            Tahun lalu saya mengajar di sebuah STT di Jakarta dan dikagetkan dengan pertanyaan mahasiswi yang dalam pertanyaannya sudah mengandung kesimpulan pertanyaan itu. Mahasiswa ini – dia seorang ibu yang sudah lama melayani Tuhan -- bertanya, “Bagaimana menurut Pak Eddy tentang pengajaran sesat yang sudah mempengaruhi banyak gereja saat ini tentang pengajaran sekali selamat tetap selamat?” Saya tahu ibu ini bahkan tidak mengerti apa yang sedang ia tanyakan. Ia adalah salah satu dari sekian banyak orang Kristen dan bahkan hamba Tuhan yang memiliki pemikiran ‘ikut-ikutan’, tanpa mengerti makna suatu pernyataan teologis tertentu.

 

            Sebelum saya menjawab pertanyaan Ibu ini, terlebih dahulu saya memberikan pertanyaan balik  kepadanya, “Apakah Anda mengerti apa yang dimaksud dengan sekali selamat tetap selamat, sehingga Anda mengatakan bahwa pengajaran ini sesat?” Dia terdiam dan tidak dapat memberikan jawaban. Mangapa ia diam? Sederhana saja, yaitu sebenarnya ia tidak tahu apa yang ditanyakan. Apakah mungkin ini juga Anda?

 

            Pernyataan Sekali Selamat tetap Selamat sejajar dengan pernyataan Jaminan Keselamatan yang telah dikhotbahkan oleh para Rasul dan para pengkhotbah Puritan seperti Charles H. Spurgeon, R.A. Torrey, Ironside, John Calvin dan lain-lain. Apakah Anda juga ingin mengatakan bahwa orang-orang besar dari masa Kebangunan Rohani terbesar dalam sejarah kekristenan ini adalah sesat?

 

            Jika Anda rajin membaca Alkitab, Anda seharusnya sudah menemukan sekian banyak ayat yang mengatakan bahwa jika kita percaya (beriman) kepada Kristus dengan segenap hati, maka kita akan memiliki hidup kekal. Apakah arti hidup kekal ini? Tentu Anda tahu bahwa itu berarti hidup untuk selama-lamanya. Ini adalah janji Tuhan. Suatu janji bisa dikatakan kekal jika;

            1). Yang berjanji adalah Tuhan. Janji manusia tidak dapat dipegang, tetapi janji Tuhan dapat dipegang. Dia adalah Tuhan yang setia. Dan Ia bukan hanya tidak akan tidak menetapi janjiNya, namun bahkan Ia tidak bisa tidak menepati janjiNya. Sebab Ia adalah Allah yang tidak dapat bertentangan dengan sifatNya, misalnya setia.

 

            2). Sifat janji itu tidak bersyarat (unconditional). Janji yang bersyarat (conditional) sagat tergantung pada kesetiaan manusia. Janji bersyarat ini di berikan dalam Alkitab dengan formula, “Jika kamu…. (misalnya jika kamu taat kepadaKu), maka Aku akan… (misalnya memeliharamu). Tuhan akan menggenapi janjiNya yang bersyarat ini, jika manusia atau penerima janji setia kepada Tuhan. Dan janji bersyarat ini tidak dapat di katakan kekal, karena faktanya manusia adalah makluk yang tidak setia, dan karena ketidaksetiaannya, maka janji Tuhan tidak akan di genapi sejak sifat janji ini bersyarat.  Janji yang tidak bersyarat adalah janji Tuhan yang sering kita temukan dalam Alkitab dengan formula, “Aku akan…. (tanpa diikuti syarat “jika kamu). Pengertian ini menunjukkan bahwa digenapi atau tidaknya janji ini sangat tergantung pada Tuhan, yaitu pihak yang berjanji yang tidak menuntut syarat. Oleh sebab itu, sifat janji ini bisa dikatakan kekal.

 

            Keselamatkan adalah janji tidak bersyarat yang diberikan Tuhan. Janji ini diberikan bagi orang yang telah selamat, yaitu orang percaya bahwa mereka memiliki hidup kekal. Sejak janji ini bersifat tidak bersyarat dan kekal, maka ketika seseorang telah diselamatkan ia memiliki jaminan hidup kekal atau sekali selamat tetap selamat.

 

            Mungkin Anda bertanya, bukankah Alkitab berkata, Jika kamu percaya, kamu akan beroleh hidup kekal. Bukankah ini janji bersyarat?” Ingat! Di atas saya tegaskan bahwa janji hidup kekal adalah janji tidak bersyarat bagi orang yang sudah selamat, bukan orang yang belum selamat. Yang Anda persoalkan tentang kata jika di ayat tersebut berbicara kepada orang yang belum selamat. Ini adalah undangang untuk orang yang belum selamat supaya ia percaya (beriman), dan setelah ia beriman ia memperoleh janji yang tidak bersyarat itu, yaitu hidup kekal, atau sekali selamat tetap selamat!

 

            Jadi saya tegaskan kembali dan saya ingin Anda memperhatikan dengan seksama, “Iman yang sejati adalah iman yang tak tergoyahkan!” Jika ‘imanmu’ masih tergoyahkan, maka ‘imanmu’ bukanlah iman yang sejati, atau sama dengan Anda belum beriman, alias belum diselamatkan! Jadi jangan Anda bolak-balik. Bukan mempertahankan atau mengerjakan iman maka baru selamat, tetapi Anda harus diselamatkan maka baru bisa mengerjakan iman atau berdiri teguh dan tak tergoyahkan!  Inilah yang saya maksudkan dengan From Faith to Faith.

 

 

 

III. Iman Sejati adalah Iman yang Melahirkan Kejujuran (Honesty)

 

            Kejujuran meliputi tiga aspek, yaitu jujur kepada Tuhan, jujur kepada diri sendiri atau hati nurani, dan jujur kepada orang lain.

 

            Tuhan mengetahui segala sesuatu dalam dirimu yang bahkan apa yang Anda tidak ketahui tentang dirimu sendiri. Anda tidak mungkin dapat jujur kepada diri sendiri, kalau tidak bisa jujur kepada Tuhan, apalagi jujur kepada orang lain.

 

            Saya percaya kejatuhan manusia ke dalam dosa selain disebabkan oleh unsur kesombongan, juga disebabkan oleh unsur ketidakjujuran. Mengapa saya mengatakan demikian? Manusia (Adam) seharusnya mengetahui bahwa ia adalah ciptaan dan Tuhan adalah Sang Penciptaan. Ciptaan tidak mungkin sama atau melebihi Sang Pencipta. Ciptaan harus jujur kepada Sang Pencipta bahwa sudah seharusnya Sang Pencipta lebih tinggi dari yang diciptakannya. Namun Alkitab mengatakan bahwa manusia ingin menyamai Sang Pencipta. Bukankah ini menunjukkan ketidakjujuran manusia tehadap Sang Pencipta dan terhadap dirinya sendiri. Dan itulah yang menyebabkan manusia jatuh ke dalam dosa, selain juga oleh karena kesombongan manusia.

 

            Orang yang tidak menerima apa adanya dirinya adalah orang yang tidak jujur. Orang yang tidak menyadari dirinya sebagai manusia berdosa yang harus dimurkai Tuhan bukanlah orang yang jujur. Bahkan orang yang tidak yakin akan keselamatannya namun berkata  bahwa ia sudah diselamatkan, bukanlah orang yang jujur. Orang yang tidak jujur pada Sang Pencipta dan dirinya  sendiri tidak mungkin dapat jujur kepada orang lain. Orang yang memiliki iman atau sudah diselamatkan adalah orang yang jujur. Jujur kepada Tuhan, diri sendiri dan orang lain.

 

            Saya mau terus tegaskan lagi kepada Anda supaya Anda tidak salah mengerti dengan khotbah eksegesis saya ini. Sama dengan bagian-bagian sebelumnya, dalam bagian ini kembali saya tegaskan bahwa saya tidak bermaksud mengatakan kepada Anda bahwa Anda harus jujur untuk beroleh selamat, namun saya ingin mengatakan bahwa jika Anda sudah selamat, maka Anda akan memiliki kehidupan yang jujur (honesty).

 

            Betapa menyedihkan banyak orang Kristen bahkan hamba Tuhan sekalipun yang mengaku sudah diselamatkan, namun dalam hidupnya penuh dengan kemunafikan, kebohongan, alias ketidakjujuran. Dr. R.L. Hymers dalam khotbahnya “Why Believing in KJV is Not Enough?” pada tanggal 23 Maret 2003, di Baptist Tabernacle of Los Angeles, bekata,

 

 “Omong kosong! Kita mempertahankan iman!” Saya mempertahankan iman selama lebih dari empat puluh tahun. Saya kehilangan denominasi dan teman-teman saya. Ya, saya tahu apa  artinya mempertahankan iman. Tetapi saya berpikir bahwa begitu banyak apa yang disebut “mempertahankan” pada kenyataannya hanyalah suatu klise yang tak ada artinya…. Saya tidak yakin dengan apa yang seseorang katakan tentang apa yang disebut mempertahankan iman – jika ia mencuri uang untuk proyek pelayanannya, ia bukan orang Kristen yang baik.”

 

            Saya yakin ada hamba Tuhan yang sebenarnya belum pernah mengalami pertobatan oleh karena tidak pernah tahu bagaimana dan apakah pertobatan itu sebelum masuk sekolah teologi atau pun sekolah Alkitab. Bahkan setelah masuk sekolah teologi dan menjadi pendeta ia juga belum pernah mengalami pertobatan, karena mungkin pengajaran di sekolahnya tidak jelas atau ia malu untuk mengambil keputusan untuk bertobat setalah menjadi mahasiswa teologi bahkan pendeta. Karena pada faktanya survei yang dilakukan oleh Dr. Jim Barna dalam Issues of the Heart, ada beberapa hamba Tuhan yang ia wawancarai menyatakan ragu akan keselamatannya, yang lain tidak bisa menjelaskan apakah keselamatan itu, dan bahkan ada 20 gembala sidang yang dengan blak-blakan mengaku bahwa mereka belum diselamatkan.

 

            Saya salut dengan kejujuran John Wesley. Dr. Hymers, Jr., dalam Preaching To a Dying Nation, menjelaskan bahwa John Wesley pernah ditahbiskan sebagai pendeta di gereja Anglikan beberapa tahun sebelum mengalami pertobatan. Ia pergi ke Georgia sebagai misionaris untuk memenangkan orang-orang Indian Amerika. Setelah gagal menjadi misionaris, ia bekata, “Aku pergi ke Amerika untuk mempertobatkan orang-orang Indian, tetapi siapakah yang akan mempertobatkan aku?” Saya tahu John Wesley adalah hamba Tuhan yang jujur, namun apakah Anda juga bisa seperti John Wesley dalam hal ini, ataukah Anda tetap bertahan untuk tidak bertobat walaupun Anda tahu bahwa Anda belum bertobat dan tetap menipu Tuhan, diri sndiri dan orang lain seakan-akan Anda telah bertobat.

 

            Mengherankan jika Anda mengatakan sudah bertobat. Sudah diselamatkan oleh iman. Namun dalam hidup Anda masih penuh dengan kebohongan. Jika Anda memiliki iman yang sejati, Anda akan menjunjung tinggi kejujuran. Ingat! Satu kebohongan akan memimpin kepada kebohongan yang lain dan akan terus memimpin kepada kebohongan yang lain lagi serta tak ada habis-habisnya, kecuali Anda bertobat!

 

IV. Iman Sejati adalah Iman yang Memiliki Integritas (Integrity)

 

            Kata ‘integritas’ atau dalam bahasa Inggris ‘integrity’, berasal dari kata ‘integer’ yang memiliki pengertian ‘bulat atau utuh’. Orang yang memiliki integritas adalah orang yang ‘utuh’ atau artinya ia memiliki satu kepribadian yang nampak dan tidak memiliki kepribadian yang lain yang bertolak belakang dengan esensi kepribadiannya. Misalnya jika seseorang setelah bertobat menjadi orang yang sangat rohani di dalam gereja dan persekutuan, maka kepribadian yang sama juga dapat dilihat di luar gereja atau persekutuan. Inilah maksudnya ‘utuh’ atau ‘satu’. Orang yang kelihatan rohani di gereja, namun jika di luar gereja duniawi, orang ini tidak memiliki integritas.

 

            Pada waktu saya masih menjadi pemuda gereja dan terpanggil untuk menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan, saya kagum akan kerohanian para mahasiswa/i yang pernah pelayanan praktek di gereja kami. Namun setelah saya masuk di sekolah teologi yang sama dengan mereka – mereka menjadi kakak tingkat saya – saya kecewa sekali karena beberapa dari mereka atau bahkan sebagian besar dari mereka yang saya kagumi itu, ternyata tidak serohani di ladang pelayanan (gereja kami), bahkan ada yang lebih duniawi dari orang dunia. Orang yang demikian tidak memiliki integritas. Mudah-mudahnya hari ini mereka sudah bertobat.

 

            Joseph Foreman dalam bukunya Shattering the Darkness menceritakan bagaimana pelayanannya kepada orang-orang yang ada dipenjara. Foreman menjelaskan bahwa ada banyak orang yang dilayani di penjara telah mengambil keputusan berdoa menerima Kristus, dan rajin menghadiri chapel setiap Minggu yang menunjukkan bahwa mereka sepertinya benar-benar diselamatkan. Namun setelah mereka kembali ke sel tahanan, mereka kembali berbicara dengan kata-kata kotor, memikirkan pikiran-pikiran cabul dan seks dan minum-minum minuman keras. Mereka tidak memiliki integritas sebagai orang Kristen dan saya pikir mereka belum diselematkan.

 

            Ketika Martin Luther diperdamaikan dengan Tuhan atau diselamatkan oleh iman, ia tidak hanya mengaku bahwa ia telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, namun ia juga menunjukkan kesatuan pribadinya dengan Kristus. Dan inilah permulaan Kebangunan Rohani Protestan. Oleh sebab itulah, Luther dapat mengkhotbahkan Injil yang benar. Dalam kata pengantar bukunya tentang Kitab Roma dalam The Works of Marthin Luther, Volume VI, Ia berkata: “Semua orang berdosa dan tercela di mata Tuhan, tetapi mereka harus dibenarkan, tanpa jasa atau usaha sendiri, tetapi melalui iman di dalam Kristus, yang telah membenarkan kita melalui darahNya.”

 

V. Iman Sejati adalah Iman yang Setia (Faithfulness)

 

            Di sini saya tidak bermaksud mengatakan bahwa jika kita setia maka kita akan diselamatkan. Namun saya tegaskan bahwa karena kita telah diselamatkan maka kita bisa setia kepada Tuhan dan kebenaran. Bagaimana manusia berdosa bisa setia kepada Tuhan? Itu mustahil. Hanya orang yang sudah dibenarkan atau diselamatkan oleh Tuhan yang dapat setia. Dan kesetiaan ini akan menunjukkan bahwa ia memiliki iman yang sejati.

 

            Dr. James Dobson mengatakan bahwa dari 88% anak yang lahir di gereja-gereja alkitabiah “meninggalkan iman mereka dan tidak kembali lagi.” Dan Dr. R.L. Hymers, Jr. bersaksi tentang seorang muda yang telah berdoa menerima Yesus Kristus datang ke gerejanya. Dalam suasana kebaktian ia berkata kepada pengkhotbah tamu bahwa ia telah menyerahkan seluruhnya kepada Kristus, bahkan jika ini artinya harus menjadi hamba Tuhan. Ia “maju ke depan” pada saat undangan untuk membuat komitmen dengan Tuhan diberikan. Tetapi itu sudah berlalu dan kami tidak pernah melihatnya lagi. Ia telah “meninggalkan gereja, dan tidak pernah kembali lagi.”

 

            Mungkin ada orang yang menilai bahwa orang-orang yang dibicarakan oleh Dr. Dobson dan Dr. R.L. Hymers, Jr. di atas ‘murtad’ atau maksudnya telah beroleh selamat dan kemudian meninggalkan imannya. Namun saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dr. Hymers bahwa mereka bukan murtad, tetapi sejak awal mereka belum pernah mengalami pertobatan sejati.

 

VI. Iman Sejati adalah Iman yang Dapat Dipercaya (Truthfulness)

 

            Ketika Anda diselamatkan, Anda bukan hanya percaya kepada Tuhan, tetapi Tuhan juga mempercayai Anda. Hanya orang yang sungguh-sungguh bertobat yang dapat dipercaya Tuhan untuk mengemban tugas-tugas suci dari Dia.

 

            Ketika Tuhan menyelamatkan engkau, Tuhan akan mempercayakan tugas-tugas suci dan memberitakan kebenaran Injil. Namun sudahkan Anda dapat dipercaya? Menjaga kehidupan kudus, melaksanakan Amanat Agung, mempertahankan dan memberitakan kebenaran adalah tugas setiap orang yang telah diselamatkan, dan bukan tugas hamba Tuhan saja. Betapa banyak orang yang mengaku diselamatkan, mengaku sudah bertobat, namun dalam hidupnya tidak pernah melaksanakan tugas-tugas suci yang diberikan Tuhan untuk dilakukannya. Apakah orang demikian memiliki iman sejati? Bukankah seharusnya ia dapat dipercaya oleh Tuhan.

 

            Apakah orang yang dipercaya Tuhan untuk menjaga umatNya atau jemaatNya agar tetap dalam kebenaran, namun tidak berani menegur dosa dan memberitakan kebenaran dengan tujuan menarik orang dunia sebanyak-banyaknya ke dalam gereja tanpa harus bertobat adalah orang yang patut dipercaya Tuhan? Menurut saya tidak.

 

            Anda tentu ingat Yudas. Ia adalah salah satu murid Yesus yang diberi kepercayaan untuk memegang kas dalam kelompok mereka. Namun apakah Yudas dapat dipercaya? Yohanes 12:6 menyatakan bahwa ia suka mencuri uang kas yang dipegangnya. Apakah Yudas adalah orang yang sudah diselamatkan yang kemudian murtad ketika menjual Yesus?  Menurut saya tidak! Dari semua Yudas belum diselamatkan. Hidupnya yang tidak bisa dipercaya Tuhan – suka mencuri uang Tuhan –menunjukkan bahwa Yudas bukanlah orang yang telah diselamatkan.

 

VII. Iman Sejati adalah Iman yang Memiliki Jaminan (Assurance or Guarantee)

 

            Dr. Myron Houghton memberikan empat pandangan tentang jaminan keselamatan ini (the security of the believer), yaitu:

Orang yang sudah sungguh-sungguh diselamatkan dapat kehilangan keselamatannya oleh karena dosa dan dapat diselamatkan kembali jika ia kembali bertobat. [Myron J. Houghton, "Eternal Security," Faith Pulpit (February 1992).]

            Pandangan pertama ini merupakan pandangan Armenianism dan juga Campbellite movement yang dimulai oleh Alexander Campbell bersama ayahnya Thomas Campbell, yang kemudian gerakan ini disebut denominasi Church of Christ dan Disciples of Christ.

Orang yang sudah sungguh-sungguh diselamatkan dapat kehilangan keselamatannya  hanya oleh karena mereka meninggalkan imannya di dalam Kristus; dan sekali meninggalkan iman, mereka tidak mungkin dapat diperbaharui lagi. [Myron J. Houghton, "Eternal Security," Faith Pulpit (February 1992).]

            Pandangan kedua ini juga berbau Armenianisme. Howard Marshall memberikan penjelasan lengkap tentang pandangan kedua ini, yang juga merupakan pandangannya dalam bukunya Kept By the Power of God. Marshall menegaskan bahwa orang yang telah diselamatkan dapat kehilangan keselamatannya bukan oleh karena dosa, tetapi oleh karena meninggalkan iman mula-mulanya di dalam Tuhan.

Tuhan memilih dan menentukan orang-orang tertentu untuk diselamatkan yang telah diketahui sebelumnya oleh Tuhan bahwa mereka akan bertobat dan beriman. Kristus mati hanya untuk menyelamatkan orang-orang pilihan ini. Orang Kristen KTP akan terus dipelihara Tuhan jika ia sungguh-sungguh salah satu dari orang-orang pilihan Tuhan. [Myron J. Houghton, "Eternal Security," Faith Pulpit (February 1992).]

Pandangan ketiga ini merupakan pengaruh dari pengajaran Calvinis. Louis Berkhof adalah teolog Reformed Calvinis yang mempertahankan pandangan ketiga ini. Berkhof membedakan antara panggilan eksternal (the external calling of God) yang datang kepada “orang yang mendengar Firman Tuhan,” dan panggilan internal (the internal calling of God) yang datang “hanya kepada orang pilihan”. [Louis Berkhof, Manual of Christian Doctrine (Grand Rapids: Eerdmans Publish. Co., 1933), 231]. Berkhof menekankan bahwa internal calling yang untuk orang pilihan “tanpa memerlukan pertobatan, yang tak dapat diubah oleh apapun dan tidak akan gagal” [hal. 234]. Orang pilihan yang menerima internal calling pasti diselamatkan.

Charles Hodge adalah teolog Reformed lainnya yang mendukung pandangan ketiga ini. Hodge mempertahankan pandangan bahwa Yesus mati hanya untuk orang pilihan saja dan tidak untuk semua orang, oleh sebab itu hanya orang yang benar-benar dipilih Tuhan yang akan dipelihara dengan mendasarkan pada Roma 1:1-11. Saya setuju bahwa ayat ini merupakan jaminan yang kuat bagi orang percaya, namun saya tidak setuju dengan Hodge bahwa ayat ini hanya berlaku untuk orang pilihan.

Orang yang sudah sungguh-sungguh diselamatkan di dalam Kristus memiliki jaminan kekal oleh rencana pemeliharaan Tuhan. Mereka dapat memiliki kepastian yang mutlak sejak mengalami pertobatan atau keselamatan dan untuk selamanya bahwa kapan saja mati pasti masuk sorga berdasarkan janji Tuhan dalam Injil. [Myron J. Houghton, "Eternal Security," Faith Pulpit (February 1992).]

Lewis Sperry Chafer yang merupakan salah satu bapa Dispensasionalisme dan pendiri Dallas Theological Seminary adalah salah satu orang yang mempertahankan pandangan keempat ini. Chafer percaya – saya juga percaya – bahwa keselamatan adalah “pekerjaan Tuhan untuk manusia dan bukan pekerjaan manusia untuk Tuhan”, oleh sebab itu orang yang telah diselamatkan memiliki jaminan kekal oleh pekerjaan Tuhan bagi orang percaya. [Lewis Sperry Chafer, Systematic Theology.]. Chafer juga menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan orang percaya dari kasih Kristus oleh karena pekerjaan Tuhan. Oleh sebab itu, dapat kita simpulkan bahwa Chafer menegaskan bahwa keselamatkan dan jaminan penuh merupakan pekerjaan Tuhan, dan bukan pekerjaan manusia.

Charles Ryrie yang juga salah satu tokoh Dispensasionalisme[1][1] mempertahankan pan-dangan keempat ini. Dalam bukunya So Great Salvation ia mendefinisikan jaminan kekal sebagai “karya Tuhan yang menggaransi karunia keselamatan, yang sekali diterima akan dimiliki selamanya dan tidak akan pernah hilang.” [Charles Ryrie, So Great Salvation (Wheaton: Victor Books, 1989), 137].

Dari keempat pandangan di atas saya percaya pandangan keempat adalah yang paling alkitabiah. Untuk lebih jelasnya saya mau Anda membaca ayat-ayat berikut ini dengan teliti dan merenungkannya: l Petrus 1:23; 2 Korintus 5:21; Roma 5:19-21; Yohanes 10:28; Kolose 3:1-3; Efesus 1:3; 2:6; Roma 4:23-5:2; 5:6-9; l Korintus 3:10-15; Ibrani 12:6-11; 1 Korintus 5:1-5; 11:28-32; 1 Tesalonika  1:9,10; 5:8-10; Efesus 4:30; Roma 8:23; 2 Timotius 2:19; Wahyu 20:10-15; Matius 7:21-23; Filipi 1:6; 2:12,13; l Petrus 2:5; Efesus 2:20-22)

Mungkin Anda bertanya – seperti halnya pertanyaan yang sudah berkali-kali saya dengar – “Jika ada seorang Kristen yang sangat mengasihi Tuhan, aktif dalam pelayanan, namun kemudian pindah agama. Bukankah dia kehilangan keslamatannya?”

            Perhatikan keseluruhan khotbah eksegesis saya dari kata Yunani “pistis” ini. Bukankah kata ‘pistis’ juga berarti ‘firm conviction’ (tetap teguh pada pendirian imannya) dan  faithfulness (setia pada imannya). Ingat!  Saya tegaskan kembali bahwa kedua kata ini bukan syarat iman, tetapi arti iman atau iman itu sendiri. Jadi jika ada orang Kristen walaupun pernah menyatakan bahwa dirinya telah diselamatkan dan kemudian meninggalkan imannya, ia bukan kehilangan imannya, tetapi belum memiliki iman atau ‘pisis’ yang juga berarti firm convition dan  faithfulness dari sejak semula.

 

            Terlebih lagi arti ketujuh dari ‘pistis’ atau ‘iman’ adalah assurance (asuransi) atau guarantee (garansi). Imanmu adalah asuransimu dan imanmu adalah garansimu. Dan yang memberikan iman ini, yang memberikan asuransi ini, yang memberikan garansi ini adalah Tuhan sendiri. Mengapa engkau masih meragukan Tuhan yang setia dan benar sebagai pemberi asuransi dan garansi keselamatanmu, sementara engkau tidak meragukan perusahan asuransi dan pemberi garansi barang yang Anda beli walaupun mereka bisa menipu Anda?

Maap kalau saya berkata keras, “Jika Anda belum memiliki iman atau percaya dengan segenap hati, iman yang berdiri teguh, kejujuran, integritas, kesetiaan, dapat dipercaya, dan jaminan – yang mana ketujuh hal tersebut merupakan pengertian dari iman atau ‘pistis’ – maka Anda bukanlah orang yang sudah memiliki iman. Anda bukanlah orang yang sudah sungguh-sungguh bertobat dan diselamatkan. Jika suatu hari nanti Anda meninggalkan gereja atau persekutuan saudara-saudara seiman, Anda bukan kehilangan keselamatan, namun memang sejak awal Anda belum pernah memiliki iman sejati.

Maukah Anda memiliki iman sejati yang  menjadi jaminan keselamatan kekal Anda? Jangan menunda waktu. Anda tidak tahu kapan pintu pertobatan ditutup untuk Anda. Jika Anda mati tanpa pertobatan atau iman sejati Anda akan terhilang untuk selama-selamanya. Anda sedang pergi menuju Neraka sejak dari sekarang jika Anda tidak mau diselamatkan hari ini.

 

“Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Markus 1:14)

 

 





[1][1] Untuk memahami apakah Dispensasionalisme itu dan apakah perbedaannya dengan Teologi Reformed, Anda dapat membaca buku saya yang berjudul Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme dengan memesannya kepada STTI Philadelphia atau Toko Buku Rohani Philadelphia.