AWASAILAH DIRIMU!
Oleh Dr. Eddy Peter Purwanto, MM, Ph.D.
Khotbah ini dikhotbahkan di Philadelphia Baptist Chapel
Sekolah Tinggi Teologi Injili Philadelphia
30 Agustus 2006
“Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau” (1 Timotius 4:16).
“Awasilah dirimu!” Nasehat ini disampaikan oleh seorang senior/bapak (Rasul Paulus) kepada anaknya dalam pelayanan yang mengemban tugas penggembalaan (Timotius) dalam Surat Pastoral/Penggembalaan. Jika Anda membaca keseluruhan perikop ini, yaitu 1 Timotius 4:1-16, Anda akan menemukan tiga hal utama yang Paulus nasehatkan kepada Timotius dalam tugas atau tanggungjawab sebagai seorang gembala jemaat, yaitu; (1) mewaspadai bahaya penyesatan (ay. 1-5); (2) menekankan pelayanan yang berpusat pada Alkitab (ay. 6-10); dan (3) memelihara kehidupan rohani atau mengawasi diri sendiri (ay. 11-16).
Ketika saya mempersiapkan bahan kuliah Teologi Penggembalaan, saya sempat mendiskusikan hal ini dengan Dr. R.L. Hymers, Jr, gembala dari Baptist Tabernacle of Los Angeles. Dan melalui e-mail Dr. R.L. Hymers menganjurkan agar saya menggunakan buku Richard Baxter yang berjudul The Reformed Pastor sebagai handbook mata kuliah ini. Dan ketika saya mendapatkan buku ini, saya sungguh menemukan mutiara berharga yang sangat berguna bagi para gembala jemaat khususnya dan para pemimpin Kristen pada umumnya.
Dr. R.L. Hymers memberikan komentar tentang pengkhotbah Puritan, Richard Baxter ini demikian, “Yang paling terkenal di antara para penulis Puritan adalah Richard Baxter (1615-1691). Ia disebut sebagai pengkhotbah yang sangat sukses, pemenang jiwa, dan pemelihara jiwa-jiwa yang pernah Inggris miliki.” Edmund Calamy menyebut dia “penulis banyak volume teologi yang sangat terkenal dalam bahasa Inggris.” Baxter menulis 160 buku. George Whitefield, John Wesley, C.H. Spurgeon dan Martin Lloyd-Jones sangat menghormati dia.”[1]
Ia lahir di Shropshire dalam keluarga yang sangat miskin, ia tidak pernah kuliah di universitas dan selalu mengalami kelemahan fisik. Namun ia adalah seorang pembelajar, ia memperoleh pelajaran yang agung dari dirinya sendiri. Ia menjadi gembala di Kidderminster, dekat kota Birmingham, pada tahun 1647. Orang-orang di kota itu sangat jahat. Gembala sebelumnya yang ia gantikan adalah seorang peminum dan hanya berkhotbah tiga bulan sekali. Sepanjang tahun-tahunnya di Kidderminster, ia telah mengunjungi 800 keluarga di gerejanya itu setiap tahunnya, mengajar setiap pribadi secara individu. Metode pelayanan yang ia terapkan terdapat dalam bukunya yang sangat terkenal yaitu The Reformed Pastor, buku teragung tentang penggembalaan yang pernah ia tulis.
Ciri khas khotbah Baxter adalah semangatnya yang luar biasa. Dalam tulisan dan khotbahnya ia menunjukkankepercayaannya bahwa para gembala perlu “memiliki kemampuan untuk membuat jelas kebenaran, meyakinkan para pendengarnya, membawa masuk terang yang tidak dapat ditolak ke dalam nurani mereka, dan memeliharanya agar tetap di sana, dan memberkati setiap keluarga; tanamkan kebenaran dalam pikiran mereka dan pekerjaan Kristus ke dalam afeksi mereka.”
Kekuatannya yang luar biasa terletak dalam kemampuan pastoralnya dan khotbah penginjilannya. Tujuan utama dari khotbah-khotbahnya melihat orang terhilang bertobat. Bukunya, A Call to the Unconverted, adalah ajakan keras untuk orang yang terhilang untuk datang kepada Kristus.
Walaupun ia pernah berkhotbah di depan Raja, di Perlemen, dan di Westminster Abbey, mimbar favoritnya adalah di gerejanya sendiri, berbicara kepada masyarakat miskin di Kidderminster. Dan setelah masa Act of Uniformity, ia dimasukkan ke dalam penjara di Tower of London selama delapan bulan karena ia tidak mau tinggal dalam Church of England. Ketika ada di penjara, ia sering dikunjungi oleh ahli tafsir terkemuka Matthew Henry.
Dari pengalaman, edukasi, dan imannya yang kokoh, dan juga kedalaman pembahasannya berhubungan dengan penggembalaan dalam The Reformed Pastor –nya, saya setuju dengan apa yang diusulkan oleh Dr. Hymers. Oleh sebab itu dalam pembahasan materi Teologi Penggembalaan ini saya akan banyak mengekspose berbagai nasehat dan masukan dari Richard Baxter.
Richard Baxter memberikan masukan yang sangat berharga dengan nasehatnya kepada para gembala untuk mengawasi dirinya sendiri dalam bab pertama dari bukunya, The Reformed Pastor. Seperti apa yang dinasehatkan oleh Rasul Paulus kepada Timotius, kita sebagai gembala dan pemimpin Kristen harus menyadari perlunya mengawasi diri sendiri sebagai kunci sukses pelayanan kita. Ada beberapa alasan mengapa kita harus mengawasi diri sendiri.
A. Karena Anda harus memastikan diri Anda sendiri memiliki kepastian ke sorga, sebelum memimpin orang lain untuk ke sana.
Richard Baxter berkata:
“Khotbah yang baik mungkin dapat menyelamatkan orang lain tanpa kesucian hati dan hidup Anda; namun itu tidak mungkin akan menyelamatkan diri Anda sendiri. ‘Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu?’ Kepada orang-orang ini Ia menjawab, ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!’ Betapa banyak orang yang telah memberitakan Yesus, namun akhirnya binasa oleh karena tidak menginginkan keselamatan di dalam dirinya! Berapa banyak orang yang sekarang ini ada di Neraka, walaupun pernah memberitahukan kepada orang lain tentang penghukuman neraka, dan memperingatkan mereka agar menghindarinya!... Kita telah memiliki banyak buku di perpustakaan, kita telah menghabiskan waktu bertahun-tahun membaca buku-buku ini, dan mempelajari doktrin tentang hidup kekal, dan setelah semua itu kita kehilangan hidup kekal itu…. Apakah saya perlu mengatakan kepada Anda, bahwa para pengkhotbah Injil akan dihakimi oleh Injil itu sendiri.”[2]
Betapa pernyataan Richard Baxter di atas merupakan fakta yang menyedihkan bagi para hamba Tuhan terlebih para gembala. Dan tidak dapat disangkal fakta demikian seringkali diabaikan baik oleh para hamba Tuhan, bahkan oleh beberapa jemaat. Banyak orang Kristen berpikir bahwa yang namanya hamba Tuhan sudah pasti mereka telah mengalami pertobatan, karena tidak mungkin orang yang belum bertobat bisa menjadi hamba Tuhan. Pernyataan ini benar, yaitu bahwa tanpa pertobatan seseorang tidak layak untuk menjadi hamba Tuhan. Namun demikian apakah Anda tahu bahwa banyak orang mengangkat dirinya sendiri menjadi hamba Tuhan? Sehingga akhirnya banyak hamba Tuhan seperti yang dijelaskan oleh Richard Baxter di atas belum bertobat, karena walaupun mereka tidak layak menjadi hamba Tuhan, mereka tetap mengangkat dirinya sendiri – bukan Tuhan – menjadi “hamba Tuhan.”
Seperti yang telah saya bahas dalam buku saya yang berjudul Bangkitkan Kembali Semangat Kebangunan Rohani Kaum Puritan[3] Dr. Binney pernah berkata, “Ketika saya pertama kalinya menjadi orang Kristen, saya beranggapan bahwa semua orang yang ada di gereja secara otomatis pasti masuk sorga. Itu adalah anugerah. Setelah menjadi anggota gereja, kemudian menjadi gembala, saya telah memikirkan ulang tentang hal ini.”[4] Dr… Binney melanjutkan, “Saya telah berinteraksi dengan para pemimpin yang meragukan iman mereka, yang lain lagi tidak dapat dengan jelas menjelaskan bagaimana mereka diselamatkan, dan bahkan yang lain lagi secara blak-blakan mengatakan bahwa mereka tidak pernah diselamatkan. Bayangkan ada 20 gembala yang mengaku bahwa mereka belum diselamatkan dalam satu kota! Ini yang terjadi… ketika George Whitefield berkhotbah di Boston. Dr. Bob Jones, Sr. berkata, “Saya telah menghabiskan hampir sepanjang hidup saya dalam pelayanan. Tidak seorangpun akan mengatakan kepada anda bahwa setiap pengkhotbah di Amerika adalah orang yang telah diselamatkan.”[5]
Almarhum Dr. Monroe “Monk” Parker se-ring dijuluki “The Dean of American Evangelists.” Dr. Parker suatu kali berkata, “Jika kita dapat memperoleh separuh dari jemaat kita diselamatkan, kita telah memiliki kebangunan yang luar biasa. Pada kenyataannya, saya pikir jika kita dapat memperoleh separuh dari pengkhotbah di Amerika bertobat, kita akan melihat kebangunan yang luar biasa.”[6]
George Whitefield, penginjil yang penuh kuasa dari masa Kebangunan Rohani Pertama di Amerika, menyebut Gilbert Tennent dan saudara-saudaranya sebagai “cahaya yang membakar dan menyinari belahan Amerika. Pada tahun 1714 Tennent menerbitkan khotbah yang terkenal yang kemudian diterbitkan berulang kali dengan tema “The Danger of an Unconverted Ministry” yang inti dari khotbahnya menekankan bahwa banyak pengkhotbah yang belum bertobat pada zamannya.
Antara tahun 1738 dan 1770 George Whitefield membuat tujuh perjalanan misi dari Inggris ke Amerika, ia berkhotbah dari Georgia sampai ke New Hampshire dan Maine. Dalam satu periode 75 hari pelayanannya ia telah berkhotabah 175 kali dan melakukan perjalanan 800 mil. Pada kebaktian kebangunan rohani itu Whitefield mengutamakan pimpinan Roh Kudus yang akan mempertobatan orang-orang itu. Ia tidak memberikan invitasi atau undangan, tidak ada konselor, tidak ada formulir yang harus diisi. Orang yang benar-benar bertobat akan terlihat hasilnya kemudian. Suatu kali ia makan malam bersama dua orang hamba Tuhan muda di Stamford, Connecticut. Di sini Whitefield berbicara tentang bagaimana ia sangat menentang pengiriman orang-orang yang belum bertobat ke ladang pelayanan. Tiba-tiba kedua hamba Tuhan itu menangis dan mengaku bahwa mereka belum diselamatkan. Setelah acara makan malam itu, ada seorang hamba Tuhan yang sudah tua memanggil Whitefield dan sambil menangis dia berkata, “Saya telah menjadi sarjana dan telah mengkhotbahkan doktrin tentang anugerah selama ini. Namun saya percaya bahwa saya belum merasakan kuasa itu bekerja dalam jiwa saya.”[7] Pengalaman yang sama pernah dialami oleh sahabat George Whitefield sendiri, yaitu John Wesley. Walaupun John Wesley pernah ditahbiskan sebagai pendeta di gereja Anglikan, namun pada waktu itu ia belum bertobat. Ketika ia pergi ke Georgia sebagai misionaris untuk memenangkan orang-orang Indian Amerika dan setelah ia gagal menjadi misionaris, ia berkata, “Aku pergi ke Amerika untuk mempertobatkan orang-orang Indian, tetapi siapakah yang akan mempertobatkan aku?”
Oleh sebab itu waspadailah diri Anda sendiri. Apakah Anda sudah memiliki kepastian ke sorga, karena jika belum, Anda tidak mungkin dapat memimpin orang lain ke sana. Fakta-fakta di atas kiranya menyadarkan kita, para hamba Tuhan untuk senantisa menguji diri kita sendiri, benarkah saya sudah bertobat. C.H. Spurgeon mengingatkan kita, “Ujilah dirimu sendiri, karena jika Anda membuat kesalahan, Anda tidak akan pernah dapat memperbaikinya, jika bukan di dunia ini.”[8] Dan Dr. R.L. Hymers, Jr berkata bahwa “ketika kita berkhotbah tentang “ujilah dirimu sendiri, apakan engkau teguh di dalam iman” kita harus berharap respon yang sama yang pernah dialami oleh Yesus Kristus, para Rasul, Luther, Wesley, Whitefield, Bunyan, Edward, Howel Harris, Bakhr Singh, Duncan Campbell, dan pengkhotbah-pengkhotbah setia lainnya. Kita harus mengharapkan kemarahan baik orang Baptis maupun Protestan yang belum bertobat yang menolak kita.”[9]
B. Karena Anda memiliki natur yang telah rusak, memiliki kecenderungan untuk melakukan dosa sama seperti orang lain.
Richard Baxter mengingatkan bahwa jika Adam yang dalam kondisinya belum jatuh ke dalam dosa saja bisa jatuh apa lagi Anda yang telah memiliki natur yang rusak. Baxter menegaskan, “Banyak hamba Tuhan bukan hanya anak-anak Adam, namun mereka juga adalah orang-orang berdosa yang menentang anugerah Kristus, sama seperti yang lain… Dosa-dosa ini nampak sekarang dalam kesombongan dan keduniawian Anda.”[10] Dr. W.A. Criswell berkata, “Kecongkakan adalah keadaan alamiah bagi roh manusia. Ini seperti rumput liar. Ketika semakin sering Anda menyiram taman, rumput itu akan semakin tumbuh subur. Ketika rumput-rumput itu dicabut, ia akan tumbuh lagi. Ketika rumput-rumput itu dibakar, ia akan tumbuh kembali. Kesombongan adalah dosa menantang Tuhan.”[11]
Kenyataan ini kiranya menyadarkan kita, bahwa tidak ada manusia yang kuat atau bertahan menghadapi berbagai badai cobaan. Anda bisa jatuh kapan saja, jika Anda tidak mengawasi diri Anda sendiri. Ingatlah bahwa sering kali iblis menyerang Anda dalam kondisi Anda yang lemah, tidak berwaspada atau lengah.
F.H. Gowett berkata: “Tidak perlu terlalu lama, seorang hamba Tuhan akan menghadapi suatu kenyataan yang menakutkan. Ketika ia sibuk melakukan pekerjaan Tuhan atau sering masuk ke ‘tempat suci’ maka perasaan kesuciannya makin lama makin hilang. Mereka seringkali sibuk dengan perkara rohani tetapi mereka sendiri tidak rohani. Mereka seperti rambu-rambu lalu lintas yang bisa menunjukkan jalan tetapi tidak bergerak untuk melaksanakannya. Mereka adalah batu petunjuk jalan (mati) tidak sebagai orang yang menunjukkan jalan (hidup, yang mempunyai semangat), tahu bagaimana menunjukkan kepada orang lain jalan yang patut diturut, tetapi mereka tidak menempatkan diri di jalan itu.”[12]
C. Karena si penggoda akan menyerang Anda lebih dahsyat di bandingkan kepada orang lain.
Richard Baxter mengingatkan bahwa jika Anda menjadi pemimpin yang menyerang penguasa kegelapan, ia akan balik menyerang Anda pada tingkat tertinggi sejauh seijin Tuhan. Sama seperti ia membenci Kristus lebih dari pada kita, karena Ia adalah panglima keselamatan kita, maka iblis juga akan membenci para pemimpin yang berada di bawah Kristus lebih dari pada para prajurit biasa.
Pada tanggal 6 Maret 1983, Dr. W.A. Criswell berkhotbah dari 1 Petrus 5:1-11 di First Baptist Church in Dallas yang disiarkan secara langsung melalui dua station radio dan TV, dan dalam khotbah ini Dr. Criswell mengingatkan para gembala dengan berkata, “Waspadailah lawan Anda si Iblis. “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” Ketika Allah adalah riil dan baik, maka Setan juga riil dan jahat. Ketika Allah adalah Bapa kebenaran, maka demikian Setan adalah bapa dari segala pembohong. Seperti halnya Yesus turun dari sorga untuk menyelamatkan kita, namun Setan turun untuk menelan kita. Ketika ada para malaikat turun dari sorga yang mulia untuk melayani kita, ada juga iblis yang keluar dari neraka untuk menyerang kita dengan dosa dan kebodohan.”[13]
Dr. Criswell mengingatkan bahwa “kita menghadapi ancaman kehadiran Setan dimana-mana. Ia ada di Taman Eden. Ia memperhatikan Tuhan Yesus ketia Dia dibaptis. Ia berdiri di depan pintu rumah Anda. Ia ada di dalam ruang tamu. Ia ada di dalam hidup Anda. Ia ada dalam usaha perkerjaan Anda. Kita tidak pernah bisa menghindari dia. Bagaimanapun kondisi dan keadaan hidup kita, entah miskin atau kaya, berpendidikan atau tidak berpendidikan, hidup kita secara terus menerus berkonfrontasi dengan kejahatan dan Setan. Ia menyerang kita ketika kita lemah. Ia menyerang Nuh ketika sedang mabuk atau Samson dengan rayuan seorang wanita, atau Saul oleh karena iri hatinya, atau Yudas yang menjual Tuhan kita hanya demi uang perak, atau Demas yang mengasihi dunia atau zaman ini. Iblis senantiasa menyerang kita ketika kita lemah. Ia jarang menyerang kita ketika kita kuat.”[14]
Salah satu kisah yang nyata adalah kisah kejatuhan Hawa ke dalam dosa yang dicatat dalam Alkitab. Hawa adalah seorang wanita yang cantik. Ia adalah seorang wanita yang sensitif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan cultural dan artistic. Ketika ia melihat buah itu, buah itu menarik hatinya. Dan buah itu enak rasanya. Itu nampak menarik di matanya. Semua seni, cultural dan literature biasanya dihubungkan dengan gender feminism. Dalam Kitab Amsal ada banyak kata-kata bijak untuk suatu pujian, dan itu selalu dalam gender feminism – kata hikmat menggunakan kata ganti feminism (she dalam bahasa Inggris). Oleh sebab itu Setan mencobai Hawa berhubungan dengan artistic ini. Ia menyerang Hawa ketika Hawa melihat bahwa buah dari pohon terlarang itu menarik dari penglihatan matanya, dan enak rasanya.
Baxter berkata, ‘Oh, apa yang penakluk ini akan katakan ketika ia berhasil membuat para hamba Tuhan menjadi malas dan tidak setia, jika ia dapat mencobai seorang hamba Tuhan ke dalam ketamakan dan skandal! Iblis akan membanggakan diri di depan jemaat gereja, dan berkata, “Lihatlah ini para pengkhotbahmu!” Ia juga akan membanggakan diri berkata kepada Kristus, “Lihatlah para pengikutmu ini! Saya dapat membuat para pemimpin jemaat-Mu menyalahgunakan kepercayaan-Mu; saya dapat membuat para pelayan di rumah-Mu menjadi tidak setia.”
D. Karena ada banyak mata yang memandang Anda dan akan banyak orang jatuh setelah melihat kejatuhan Anda.
Richard Baxter berkata, “Sebagaimana Anda menempatkan diri Anda sendiri sebagai terang bagi jemaat-jemaat, Anda akan menjadi sorotan mata banyak orang. Jika orang lain mungkin jatuh ke dalam dosa tanpa diperhatian oleh semua orang, maka tidak demikian halnya dengan Anda…. Waspadailah diri Anda sendiri, dan lakukan pekerjaan Anda dengan senantiasa sadar bahwa dia memperhatikan Anda.”[15]
Saya ingat lagu yang digubah oleh B.B. McKinney yang berjudul Let Others See Jesus in You. Ia menuliskan nasehatnya dalam dua bait pertama dari lagu ini yang cocok untuk kita semua,
Di dunia yang penuh cemar,
Antara sesamamu,
Hiduplah saleh dan benar,
Nyatakanlah yesus dalamu
Hidupmu kitab terbuka,
Dibaca sesamamu,
Apakah tiap pembacanya,
Melihat Yesus dalammu
Seorang pemimpin selalu ada pada posisi paling depan dari suatu barisan. Sama seperti yang dikatakan oleh pakar kepemimpinan John C. Maxwell bahwa sebagai seorang pemimpin, “kita tidak bisa memimpin siapapun lainnya lebih jauh dari pada tempat kita sendiri berada.”[16] Itu artinya sebagai pemimpin kita berada di depan semua orang, di depan suatu barisan, oleh sebab itu jika pemimpin jatuh maka semua barisan di belakangnya tidak akan dapat bergerak maju, atau bahkan jatuh juga karena saling tersandung.
E. Karena dosa Anda berakibat lebih buruk dari pada orang lain.
Ini adalah perkataan raja Alphonsus bahwa “orang besar tidak dapat memaafkan dosa kecil.” Oleh sebab itu, Anda harus sadar bahwa dosa Anda sebagai seorang pemimpin berakibat lebih buruk dari dosa orang lain. Richard Baxter memberikan tiga nasehat berhubungan dengan hal ini, yaitu;
1). Anda lebih banyak tahu dari pada orang lain. Apakah Anda tahu bahwa ketamakan dan kesombongan itu adalah dosa? Apakah Anda tidak tahu bahwa ketidaksetiaan terhadap apa yang Anda percaya berarti mengkhianati jiwa banyak orang? Orang yang lebih tahu akan dihakimi lebih berat dari pada yang tidak tahu.
2). Dosa Anda adalah kemunafikan lebih besar dari pada orang lain. Kemunafikan orang Farisi adalah ‘mereka bicara, namun tidak melakukan.’ Demikian juga banyak hamba Tuhan banyak dinilai orang tentang apa yang mereka lakukan, dan bukan apa yang ia bicarakan.
3). Dosa Anda adalah pengkhianatan yang lebih besar terhadap kebenaran dari pada yang orang lain lakukan.
F. Karena pekerjaan anugerah Anda lebih agung dari pada pekerjaan manusia.
Paulus berkata dalam 1 Timotius 3:1: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah. Paulus juga menulis kepada Titus, “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat… supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita” (Titus 2:1, 10). Kata “muliakan” di sini berasal dari kata Yunani kosmeo. Seorang wanita dapat menghubungan kata ini dengan kata "cosmetic." Kosmeo berarti "to adorn, to beautify, to set in order, to arrange." Dan kata "cosmetic" yang Anda kenal datang dari sini. Dan kata kosmos dipakai dalam bahasa Yunani untuk dunia sebab, bagi mereka, dunia adalah tatanan yang begitu indah dan keteraturan yang mengagumkan. Sehingga mereka menyebutnya cosmos.
Dr. W. A. Criswell berpendapat bahwa antara doktrin atau ajaran seorang hamba Tuhan dengan praktek hidup atau kelakuan seorang hamba Tuhan tidak dapat dipisah-pisahkan. Pengajaran seorang hamba Tuhan bagaikan kerangka tulang bagi tubuh, sementara karakter atau praktek hidup hamba Tuhan bagaikan daging yang membuat kerangka tulang itu tampak menjadi cantik atau indah. Dan ini inti dari apa yang Paulus maksudkan dengan “muliakan ajaran Allah.” Di satu sisi berbicara tentang ajaran atau doktrin itu sendiri dan di sisi lain berbicara tentang keindahan doktrin itu, yaitu “muliakan ajaran Allah” dengan perbuatan dan kelakuan Anda yang sesuai dengan ajaran Anda itu sendiri. Kerangka tulang tanpa daging akan nampak mengerikan, begitu juga doktrin atau ajaran tanpa dibarengi dengan praktek hidup yang sesuatu dengan apa yang diajarkannya akan nampak mengerikan dan menyedihkan.
Ingat pekerjaan pelayanan adalah pekerjaan yang mulia, yang agung, lebih dari pada semua pekerjaan manusia. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah Anda dapat menjadikan pekerjaan ini mulia di depan semua orang? Oleh sebab itu, waspadailah diri Anda sendiri.
G. Untuk memuliakan Tuhan Anda dan kebenaran serta jalan-jalan-Nya yang kudus, lakukan pekerjaan Anda lebih serius dari pada orang lain.
Anda tentu ingat dengan apa yang terjadi pada keluarga Imam Eli. Betapa besarnya murka Allah atas nya lebih dari pada orang lain pada waktu itu. Karena Dia sebagai imam dan anak-anaknya sebagai keluarga Imam dan calon penerus keimaman ayahnya tidak menghormati persembahan yang ditujukan kepada Tuhan. Sehingga Tuhan menghukum keluarga ini.
Pekerjaan pelayanan atau penggembalaan yang Tuhan percayakan kepada kita adalah pekerjaan yang mulia dan sama mulianya dengan sang pemberi tugas ini, yaitu Tuhan kita. Oleh sebab itu membuat pelayanan kita mulia sama dengan memuliakan Tuhan sang pemberi amanat ini. Mewaspadai diri sendiri berarti menjaga diri untuk tetap kudus di hadapan Tuhan dan orang lain, karena hidup kita harus memancar kemuliaan dan kekudusan Kristus sendiri yang telah menyelamatkan kita dan memanggil serta mempercayakan pekerjaan penggembalaan kepada kita. Oleh sebab itu, syarat untuk menjadi gembala domba Kristus yang Tuhan tekankan kepada Petrus adalah “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan pertanyaan ini juga yang ditanyakan dan harus dijawab oleh setiap gembala. Jika Anda mengasihi Dia maka Anda harus memuliakan Dia melalui pekerjaan dan pelayanan Anda.
H. Karena kunci kesuksesan pekerjaan Anda ini sangat tergantung pada semua ini.
Richard Baxter memberikan alasan mengapa mewaspadai diri sendiri seperti yang telah kita bahas di atas menjadi kunci kesuksesan pelayanan kita, yaitu;
1. Dapatkah kita mengharapkan Tuhan memberkati pekerjaan-pekerjaan kita yang tidak bekerja untuk Tuhan, namun untuk diri sendiri?
2. Dapatkah Anda berpikir bahwa ia akan sukses jika ia tidak segenap hati dan setia akan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya? Dapatkah orang yang tidak suci dapat dengan segenap hati dan serius dalam pekerjaan pelayanannya?
3. Apakah Anda berpikir bahwa ia akan menang menghadapi Setan dengan seluruh kekuatannya, sementara dia sendiri adalah hamba Setan? Akankah ia dapat menghancurkan kerajaan kegelapan, jika ia sendiri adalah anggota kerajaan itu? Akankah ia dapat berlaku benar di hadapan Kristus yang adalah musuhnya?
Richard Baxter berkata, “Richard Baxter menjelaskan bahwa seluruh dunia dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu anak-anak Allah dan anak-anak Iblis. Hanya orang-orang yang telah bertobat yang adalah anak-anak Allah (Yohanes 1:11-12; Roma 8:9). Setiap orang yang tidak bertobat adalah anak-anak Iblis, seperti yang Kristus sendiri katakan kepada kita (Yohanes 8:44). “Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis” (1 Yohanes 3:10). Hanya dengan iman yang menyelamatkan di dalam Kristus yang dapat menjadikan Anda sebagai anak-anak Allah (Galatia 3:26; Efesus 3:17). Orang yang tidak bertobat tidak memiliki iman yang menyelamatkan di dalam Kristus. Ketika Anda berdoa, Anda tidak dapat dihibur karena Allah bukan Bapamu. Pertobatanlah yang membuat hatimu berbalik kepada Allah, dan jika Ia tidak memiliki hatimu, Anda bukanlah anak-Nya. Tidak ada seorangpun yang tidak bertobat yang adalah anak Allah. Anda mungkin memanggil Allah sebagai Bapamu sebanyak yang Anda mau, tetapi Ia tidak akan pernah setuju bahwa Anda adalah anak-Nya kecuali Anda bertobat….Anda di bawah kuasa Setan, dan dikendalikan oleh dia sebagai tawanannya. Anda mungkin tidak berpikir demikian, namun itulah kebenarannya. Allah telah menjelaskan kepada kita bahwa itulah kondisi Anda yang sebenarnya dalam kondisi Anda yang tidak bertobat. Kecuali seseorang mengalami pertobatan ia menjadi budak tawanan Setan. Hanya ketika Anda bertobat maka Anda menjadi manusia yang merdeka – menjadi anak-anak Allah.”[17]
[1] Dr. R.L. Hymers, Jr., A Puritan Speaks To Our Dying Nation. (Oklahoma City: Oklahoma, Hearthstone Publising, 2002), hal. 15.
[3] lihat Dr. R.L. Hymers, Jr & Dr. Eddy Peter Purwanto, Bangkitkan Kembali Semangat Kebangunan Rohani Kaum Puritan. (Tangerang: Lembaga Literatur STTIP, 2006), hal. 81-83.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Monroe Parker, Through Sunshine and Shadows: My First Seventy-Seven Years, Sword of the Lord, 1987, hal. 61-62
[7] Dr. R.L. Hymers, Jr., Today’s Apostas, (Oklahoma City: Oklahoma Heartstone Publishing, 1999), hal. 31
[8] Ibid, hal. 41.
[9] Ibid. hal. 43.
[10] Richard Baxter, The Reformed Pastor. http://www.reformed.org/books/baxter/reformed_pastor/
[11] Dr. W.A. Criswell, The Sherpherd’s Heart - Video. Dallas: Texas, The Criswell Legacy, 2002.
[12] Dr. Peter Wongso, Teologi Penggembalaan. (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1995), hal 19.
[13] Dr. W.A. Criswell, The Sherpherd’s Heart - Video. Dallas: Texas, The Criswell Legacy, 2002.
[14] Ibid.
[15] Op.Cit.
[16] John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di dalam Diri Anda. (Jakarta: Binaaksara, 1995), hal. 45
[17] Dr. R.L. Hymers, A Puritan Speaks to Our Dying Nation. (Oklahoma City: Oklahoma, Heartstone Publishing, 2002, hal. 20