KESAKSIAN ALKITAB YANG MEMBUKTIKAN DIRINYA
SENDIRI ADALAH FIRMAN ALLAH
Oleh Pdt. Eddy Peter Purwanto, Ph.D.
Khotbah ini dikhobahkan di Kebaktian Sore, 18 Pebruari 2007
di Philadelphia Baptist Fellowship
Puji Tuhan, sore ini kita memasuki seri khotbah atau pembahasan bibliologi bagian ketiga. Dan dalam bagian ketiga ini kita akan membahas apa yang ditegaskan oleh Alkitab sendiri bahwa dirinya adalah Firman Allah. Dan untuk pengunjung Internet – karena khotbah-khotbah ini akan dimasukkan ke dalam Internet agar menjadi berkat banyak orang – sebelum anda membaca khotbah ini, saya berharap anda terlebih dulu membaca khotbah bagian pertama yang kami diskusikan pada tanggal 15 Oktober 2006 dan kemudian bagian kedua yang kami diskusikan minggu lalu (11 Pebruari 2007), dan baru setelah itu anda dapat membaca transkrip khotbah bagian ketiga ini.
Sikap Yesus terhadap Kitab Suci tidak ada bedanya dengan seluruh pembuktian Kitab Suci tentang dirinya sendiri. Perkataan-perkataan-Nya ditegaskan dengan klaim-klaim yang mengejutkan yang Alkitab buat untuk dirinya sendiri, klaim-klaim yang benar tentang Alkitab, dan yang mana tidak ada kebenaran dalam buku lainnya (Kel. 31:18; Maz. 119:152, 160; Amsal 30:5; Yes. 40:8; 1 Pet. 1:23-25). Ide tentang otoritas Kitab Suci adalah konsepsi yang terkandung dalam Kitab Suci itu sendiri. Alkitab sendiri mengklaim dirinya sebagai Kitab yang berotoritas dan penuntun yang tidak akan pernah salah ataupun gagal (infallible) menuju pengetahuan yang benar tentang Allah dan jalan keselamatan. Firman Allah adalah kesaksian yang luar biasa untuk kebenaran dirinya sendiri dan kesaksian tentang inspirasinya sendiri. Kitab Suci banyak kali menegaskan, “Dan Allah berfirman,” atau “Datanglah Firman Allah, katanya.” Formula semacam ini dapat anda temukan tidak kurang dari 3,808 kali dalam Perjanjian Lama. Perhatikan cara yang empatik dari formula yang digunakan ini. Para nabi, misalnya, biasanya memperkenalkan berita mereka dengan mengumumkan, “Dan Firman Allah datang kepadaku….” Seorang nabi tidak memuji dirinya sendiri sebagai teolog spekulatif; namun ia menyampaikan berita yang ia pahami sebagai berita yang datang dari sorga.
Alkitab adalah Firman Allah
Alkitab adalah Firman Allah, bukan sekedar berisi Firman Allah. Alkitab menyebut dirinya sendiri Firman Allah dan dengan nama ini membuat dirinya berbeda dari semua buku lainnya. Alkitab secara konsisten mengklaim penulis illahilah (devine authorship) yang menghasilkan dirinya. Serangkaian penegasan Kitab Suci yang berulangkali menunjukkan bahwa ini benar demikian. Dalam Alkitab, Allah berbicara. Ketika manusia mengasihi Allah, mereka dilahirkan kembali oleh Firman Allah ( 1 Petrus 1:23-25).
Perhatikan bagaimana ucapan-ucapan dari para penulis Perjanjian Lama dijelaskan dalam Perjanjian Baru. Bukalah Matius 1:22 sebagai gambaran tentang ini: “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi.” Di sini bukan apa difirmankan oleh nabi, namun yang difirmankan Tuhan oleh nabi. Perhatikan juga bagaimana Ibrani 3:7 mengutip Mazmur 95:7-8, dengan mengatakan bahwa Roh Kudus adalah penulis atau author dari Kitab Suci.
Mendiskusikan kesaksian internal dari Kitab Suci untuk membuktikan dirinya sendiri sebagai firman yang diinspirasikan, kita diliputi bak banjir bukti tentang itu. Di antara dari begitu banyaknya bukti dari perikop Kitab Suci yang dapat kita gunakan, kita akan memilih empat dari antaranya.
Teori Verbal
1. II Timotius 3:16, “Segala tulisan diberikan melalui inspirasi Allah” (terjemahan KJV). Dua kata yang digunakan dalam ayat ini menunjukkan pandangan apostolik berhubungan dengan inspirasi Kitab Suci. Kata pertama adalah graphe, yang berarti “tulisan,” dan kata yang kedua adalah theopneutos, yang berarti “dinafaskan Allah” (God-breathed). Jadi ini adalah “tulisan”, atau Kitab Suci, yang adalah “nafas Allah.” Setiap kata, garis, tanda, titik, goresan pena, yot, dan title dalam perkamen aslinya tertulis di sana melalui inspirasi Allah. Tidak ada pertanyaan lain lagi. Orang-orang boleh menghancurkan perkamen, waktu boleh berlalu, namun tulisan itu tinggal tetap. Beberapa pembicara Alkitab, seperti Balaam dan Caiaphas, dibuat untuk berbicara dalam kebencian mereka sendiri, namun apa yang tertulis diinspirasikan oleh Allah sendiri.
Paulus dengan jelas mengatakan dalam ayat ini yaitu 2 Timotius 3:16 bahwa segala Kitab Suci (all Scripture) adalah “nafas Allah.” Inspirasi Kitab Suci menyangkut keseluruhan dan setiap bagiannya. Ada banyak orang yang mengingkari ini dan berkata bahwa Kitab Suci diinspirasikan dalam bagian-bagian tertentu, namun bagaimanapun juga tidak ditemukan doktrin yang seperti itu di dalam Alkitab. Kitab Sejarah, Kitab Taurat Musa, Kitab-Kitab Puisi, Kitab-Kitab Para Nabi, Keempat Injil, Surat-Surat dan Kitab Wahyu, semuanya diinspirasikan dalam setiap detailnya. Inspirasi menyangkut format maupun substansinya, kata maupun pikiran. Ini disebut teori inspirasi kata per kata (verbal theory of inspiration), yang dengan semangat ditolak oleh banyak teolog modern. Mereka berkata itu terlalu mekanikal. Mereka berkata teori itu menurunkan para penulis Alkitab ke level sebagai mesin. Mereka berkata itu memiliki tendensi untuk membuat orang menjadi skeptis dan tidak percaya, dan mereka berkata banyak hal lainnya lagi. Namun saya mau menegaskan, dan menyampaikan, bahwa tidak ada teori lain selain teori ini yang dapat anda temukan di dalam Alkitab. Allah mengunakan personalitas manusia dan pikiran manusia untuk menyampaikan wahyu illahinya.
Para Nabi dan Perkataan-Perkataan yang Mereka Tuliskan
2. Selanjutnya saya mempertimbangkan 1 Petrus 1:10, 11: “Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.” Apa yang Petrus maksudkan di sini? Ia sedang menjelakan bahwa para nabi menuliskan apa yang diperintahkan kepada mereka untuk dituliskan, entah mereka memahaminya atau tidak. Mereka bukanlah sumber asli dari berita mereka. Jika kita bertemu dengan seorang mahasiswa, yang berada di bawah bimbingan seorang filsuf, dan selanjutnya dengan rajin meneliti maksud atau inti dari diskursus yang ia telah tulis, maka kita akan memahami maksud ayat ini. Para nabi Perjanjian Lama telah menyelidik maksud dari apa yang mereka sendiri telah tuliskan. Mereka adalah para reporter dari apa yang mereka dengar dari pada para formulator (pembuat rumusan) dari apa yang mereka sampaikan. Berita yang mereka sampaikan datang atau berasal dari Allah.
Ketika Musa ingin mundur dari pelayanan yang diberikan Tuhan karena ia tidak pandai berbicara, Allah berfirman bahwa Ia yang telah membuat lidah Musa dan Ia akan mengatakan kepadanya apa yang harus ia katakan. Lihatlah Keluaran 4:10-12. Allah tidak berkata, “Aku akan ada dalam pikiranmu dan mengajar kamu apa yang kamu harus pikirkan,” tetapi, “Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.” Ini menjelaskan mengapa Musa berbicara kepada Israel selama empat puluh tahun setelah itu: “Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu” (Ulangan 4:2). Beberapa kali Musa menegaskan bahwa perintah-perintah itu adalah pekerjaan Allah dan tulisan yang ia tuliskan adalah tulisan Allah.
Ketika kita memperhatikan dari Pentateuk sampai ke Kitab-Kitab Puisi, kita menemukan tingkat inspirasi yang sama. “Inilah perkataan Daud yang terakhir: "Tutur kata Daud bin Isai dan tutur kata orang yang diangkat tinggi, orang yang diurapi Allah Yakub, pemazmur yang disenangi di Israel: Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku, firman-Nya ada di lidahku” (2 Sam. 23:1-2). Di sini, Allah juga tidak berkata bahwa pikirannya saja yang diinspirasikan, namun setiap kata diberikan langsung oleh Tuhan kepada pemazmur.
Selanjutnya lihat dalam Kitab-Kitab Puisi, marilah kita memperhatikan Mazmur 22:16, 18. Apa yang pemazmur ketahui tentang penyaliban? Tidak ada. Kematian melalui penyaliban sama sekali tidak pernah dipraktikan oleh orang Yahudi, namun penyaliban ini adalah cara yang dilakukan oleh orang Romawi, yang ditemukan ratusan tahun setelah Mazmur ini ditulis. Bayangkan betapa keliru bila kita berpikir ayat-ayat dari Kitab Mazmur ini adalah deskripsi kata-kata misteri yang dipilih sendiri oleh penulisnya. Allah yang telah memberikan lagu ini kepada pemazmur, dan kemudian pemazmur menuliskannya.
Ketika kita sampai ke Kitab Para Nabi, pengakuan yang sama dibuat dalam setiap bagian Kitab Nabi-Nabi seperti yang kita temukan dalam pengakuan Musa dan dalam Kitab Mazmur. Lihatlah Yeremia, misalnya. Yeremia mengumumkan bahwa ia masih muda dan tidak pandai berbicara di depan orang Israel, namun Allah berkata bahwa Ia akan menaruh perkataan-perkataan-Nya ke dalam mulut Yeremia yaitu perkataan-perkataan yang nabi ini harus katakan (1:6-9). Lihatlah dapam Daniel 12:8-9. Di sini kita menemukan Daniel menulis perkataan-perkataan yang diberikan kepadanya melalui inspirasi illahi yang ia sendiri tidak dapat pahami. Tentu saja, jika nubuatan tidak dapat disampaikan menurut kehendak manusia, maka ia tidak mungkin dapat dengan bebas memilih kata-kata yang akan digunakan atau dituliskannya. Allah memberikan kepadanya kata-kata itu untuk disampaikan atau dituliskan. Ini mengangkat Alkitab dari tangan manusia dan menempatkannya kembali dalam tangan Allah.
Fakta yang luar biasa mengenai pewahyuan Alkitab seringkali nampak seperti ada dua garis nubuatan yang saling berkontradiksi, sebegitu banyaknya sampai itu akan nampak bahwa jika satu garis nubuatan digenapi, maka yang lain tidak dapat digenapi. Misalnya, di dalam Perjanjian Lama ada dua garis nubuatan berhubungan dengan Mesias. Garis pertama menubuatkan tentang penderitaan Mesias, orang-orang akan merendahkan dan menolak Dia, orang yang biasa menderita dan kesakitan, seorang Mesias yang dalam misinya di dunia ini akan diakhiri dengan kematian, aib yang sangat memalukan. Sementara garis nubuatan yang kedua menubuatkan dengan sama jelasnya menekankan kedatangan Mesias sang Penakluk dari segala sesuatu yang akan memerintah bangsa-bangsa dengan tangan besi. Bagaimana mungkin garis nubuatan ini kedua-duanya sama benar? Jawaban terbaik yang orang Yahudi kuno miliki sebelum penggenapan dari kedua garis nubuatan dalam Kristus adalah bahwa ada dua orang Mesias. Ini terimplikasi dalam pertanyaan Yohanes Pembaptis yang mengirim utusan kepada Yesus dalam Matius pasal sebelas. Yesus di lihat sebagai Hamba yang Menderita, namun ia juga Raja Penakluk yang akan membakar musuh-musuh-Nya dengan api yang takan pernah padam. Mengapa mereka mencari Mesias yang lain, pribadi kedua?
Dalam penggenapan yang nyata kedua garis nubuatan itu bertemu dalam satu Pribadi, yaitu Yesus dari Nazareth. Pada kedatangan-Nya yang pertama, Ia adalah Hamba yang Menderita untuk mengerjakan penebusan bagi dosa-dosa kita melalui kematian-Nya di kayu salib. Pada kedatangan-Nya yang kedua kali, Dia akan memerintah sebagai Raja, yang memerintah atas semua bangsa-bangsa di muka bumi. Ini adalah bukti yang jelas bahwa para nabi itu tidak memahami ini. Di satu sisi mereka menerima berita dari Allah, namun pemahaman tentang perkataan-perkataan dalam berita itu adalah masalah lain. Apa maksud perkataan-perkataan Allah itu baru kita mengerti setelah nubuatan-nubuatan tersebut digenapi berabad-abad setelah itu.
Para Penulis Alkitab Digerakan oleh Roh Kudus
3. Sekarang saya akan membuka Kitab Suci dalam 2 Petrus 1:21: “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Roh Kudus, salah satu pribadi dalam Tritunggal secara aktif bekerja, menginspirasi para penulis Alkitab untuk menuliskan Alkitab. Allah menggunakan banyak metode dalam menyingkapkan pesan-Nya: melalui suara langsung dari Allah, pewahyuan dari Yesus Kristus, melalui pesan yang dibawa para malaikat, melalui tulisan-tulisan para rasul; ya, dalam berbagai cara dan dalam banyak manner Allah berbicara kepada umat manusia dan sedang berbicara kepada kita melalui Alkitab kita ini (Ibrani 1:1-2). Setelah melalui periode waktu berabad-abad Roh Kudus menggunakan ciri khas banyak individu yang berbeda untuk menuliskan Buku suci ini. Namun sekalipun Allah menggunakan orang-orang yang memiliki ciri khas yang berbeda-beda, Petrus menegaskan dalam ayat ini bahwa nubuatan atau pewahyuan tidak pernah dihasilkan oleh kehendak manusia, namun seluruh wahyu ini dari Kitab Kejadian sampai Maleakhi diinspirasikan oleh Tuhan.
Di dalam Alkitab kita menemukan sejumlah ayat di mana penulis illahi dan instrument manusia ditekankan. Matius 1:22 misalnya. “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi.” Di sini sumber illahi dan instrument manusia ditunjukkan. Dalam Kisah Rasul 1:16 Roh Kudus mengucapkan perkataan-Nya melalui perantaraan Daud. Kemudian Petrus menyatakan dalam 2 Petrus 1:21 bahwa Roh Kudus berbicara melalui para nabi. Instrumen atau alat dari pekerjaan Roh Kudus adalah orang-orang yang telah menuliskan wahyu illahi ini.
Langsung dari Allah
4. Selanjutnya saya akan membuka ayat dalam Kitab Wahyu: “Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes” (Wahyu 1:1). Yohanes dengan jelas menuliskan apa yang Allah singkapkan itu (ayat 18-19). Dimanapun para penulis Alkitab menyebutkan itu, tanpa alternatif lain mereka menegaskan bahwa perkataan-perkataan mereka bukan berasal dari dirinya sendiri namun perkataan-perkataan itu datang dari Allah. Allah menggunakan kemampuan mereka, ciri khas mereka masing-masing. Beberapa menulis bahwa Allah meletakkan perkataan-perkataan itu dalam mulut mereka; dan yang lain menegaskan bahwa Allah memimpin mereka untuk menggunakan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan apa yang Allah telah teruskan kepada mereka. Beberapa menulis bahwa Roh Kudus menggerakkan mereka dengan cara yang spesial dan memimpin mereka untuk mengatakan apa yang harus dikatakan-Nya. Namun semua itu dengan suara bulat menyatakan bahwa tulisan-tulisan mereka datang langsung dari Allah dan bahwa Allah secara sederhana menggunakan mereka sebagai perantara untuk menunjukkan kehendak-Nya bagi semua umat manusia.
Ketika membaca Alkitab seseorang akan melihat bahwa ia memerlukan pemipinan Roh Kudus untuk membantunya memahami Alkitab dengan hati-hati dengan langkah-langkah pemahaman yang benar sehingga berita yang akan ia sampaikan atau khotbahkan benar dan sempurna. Tidak ada lagi yang lain selain Roh Kudus yang dapat melakukan mujizat seperti itu. Alkitab secara nyata adalah mujizat itu. Sebagai kitab-kitab dari Perjanjian-Perjanjian ditulis di sepanjang abad, oleh orang-orang yang berbeda yang berbicara dalam pimpinan atau digerakkan oleh Roh Kudus dan, Allah menjadi penulis dari Firman itu melalui banyak generasi, seluruh firman Tuhan ini membuktikan satu kebenaran yang agung, menekankan satu Allah yang agung, dan menawarkan kepada kita cara keselamatan yang ajaib.