FOKUS KEHIDUPAN KRISTEN YANG SESUNGGUHNYA
Oleh Pdt. Dr. Eddy Peter Purwanto
Khotbah ini dikhotbahkan di Kebaktian Minggu, 29 Oktober 2006
di Philadelphia Baptist Fellowship
“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (II Korintus 4:18)
Ada beberapa hal yang mendorong saya untuk mengambil tema “Kehidupan Rohani Kristen Yang Sesungguhnya” dan mendasarkan khotbah saya pada ayat ini: yaitu, yang pertama, jelas setelah saya mempelajari Kitab Suci, Alkitab kita ini; kedua pada minggu ini saya menerjemahkan khotbah Dr. R.L. Hymers, Jr. gembala dari Baptist Tabernacle of Los Angeles yang berjudul “Aim Beyond the Visible!” yang didasarkan pada ayat kita ini juga; ketiga minggu ini saya juga menerjemahkan khotbah Dr. W.A. Criswell yang berjudul “God’s Election of His People’s Perseverance” yang juga banyak menyinggung masalah kehidupan rohani; dan yang keempat saya membaca literatur lainnya berhubungan dengan topik ini dalam seminggu ini.
Dan dalam khotbah ini saya ingin menbangun setiap poin khotbah saya di atas ayat ini, untuk memahami apa yang seharus menjadi dan tidak menjadi fokus dari kehidupan Kristen yang sesungguhnya. Namun terlebih dahulu lebih baik kita memperhatikan kata “memperhatikan” dalam ayat ini. Terjemahan Alkitab bahasa Indonesia untuk kata Yunani “blepomena” ini saya pikir lebih baik dari Alkitab bahasa Inggris yang menerjemahkan kata ini dengan kata “look,” yang menurut Strong seharusnya ini berarti “to take aim at” (Strong #4648), atau menurut John Trapp “to aim at” (John Trapp, A Commentary on the Old and New Testaments, Tanski Publications, 1997 reprint, volume 5, p. 559). Kata “aim” dijelaskan dalam Oxford Learner’s Pocket Dictionary dengan “point (a weapon or object) towards” atau “titik sasaran atau objek yang dituju.” Seperti ketika menembak atau memanah, pastilah kita memiliki titik sasaran yang kita tuju, dan tidak menembak sembarangan. Inilah kira-kira pengertian yang sesungguhnya dari kata “memperhatikan” dalam ayat ini.
Jika Dr. R.L. Hymers, Jr membahasa ayat ini dalam khotbahnya dari sudut positif saja, namun dalam khotbah saya ini saya akan membahasnya baik dari sudut positif maupun negatif, yaitu apa yang menjadi dan bukan menjadi fokus atau titik sasaran dari kehidupan Kristen?
I. Dari Sudut Negatif: Apa yang bukan Menjadi Fokus Kehidupan Kristen
Jika ada dua sudut pandang yang harus dibahas, saya lebih suka terlebih dahulu membahas dari sudut negatif baru kemudian sudut positifnya dari pada sebaliknya. Dan dari ayat ini kita melihat ada dua hal yang seharusnya tidak menjadi fokus atau sasaran perhatian dari orang Kristen, yaitu:
1. Pertama, adalah “apa yang kelihatan.”
“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan….” (II Korintus 4:18)
Apakah yang dimaksud dengan hal-hal yang kelihatan ini? Saya setuju dengan pendapat Dr. John Gill yang di kutip oleh Dr. R.L. Hymers, Jr yang berkata bahwa “hal-hal yang kelihatan… adalah hal-hal duniawi, seperti uang, gaji, kesenangan, keuntungan, yaitu hal-hal yang kelihatan yang menarik perhatian manusia duniawi atau orang yang belum bertobat”
Sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa orang-orang Kristen zaman modern ini bahkan mungkin juga para hamba Tuhan, bahwa hal-hal yang kelihatan menurut Dr. John Gill di atas yang lebih memperoleh perhatian lebih besar dari pada apa yang tidak kelihatan. Mengapa saya katakan demikian? Khotbah-khotbah yang menegur dosa, yang membuat orang berdosa seharusnya tidak tenang, penyataan murka Allah dan hal-hal senada lainnya sudah sepi di kebanyakan gereja, kalau bukan tidak ada sama sekali. Hamba Tuhan lebih suka menghibur jemaat dengan janji-janji berkat materi atau “hal-hal yang kelihatan” dari pada tentang janji-janji berkat rohani atau “hal-hal yang tidak kelihatan. Dan senada dengan itu, jemaat masa kini juga lebih suka dihibur dari pada ditegur. Lebih suka mendengar janji berkat materi dari pada janji berkat rohani. Walau sesungguhnya itu bukanlah yang seharus menjadi fokus kehidupan Kristen.
Mungkin Anda tersinggung dengan khotbah saya dan berkata, “Hai, Pak Pendeta, bukankah Alkitab juga mengajarkan agar kita bekerja? Bukankah Rasul Paulus berkata, ‘Barangsiapa tidak bekerja, janganlah ia makan.’ Dan bukankah dalam kitab Amsal banyak memberi nasehat kepada umat Allah untuk bekerja dan tidak bermalas-malasan. Dan dalam perintah ini, bukankah terkandung di dalamnya untuk mencari hal-hal materi?”
Sahabatku, saya setuju dengan Anda dalam hal ini, yaitu bahwa Alkitab mengajarkan agar kita bekerja, mencari uang dan hal-hal materi yang lain. Dan ketahuilah saya juga setuju dengan Paulus bahwa kalau ada orang Kristen yang mampu bekerja namun malas dan tidak mau bekerja, biarlah ia kelaparan oleh karena kemalasannya. Namun yang saya tekankan di sini, bukan berarti selama di dunia ini orang Kristen tidak perlu bekerja, tidak perlu materi. Namun yang ingin saya tekankan bahwa yang menjadi fokus seharusnya bukan materi, tetapi hal rohani. Ingat kata fokus mengacu kepada apa yang utama. Jika saya berada di lapangan tembak, dan ketika saya membidikkan senapan saya menujut sasaran, tentu yang menjadi fokus saya adalah titik tengah dari gelombang lingkaran di depan saya. Namun coba Anda perhatikan, ketika saya mengarahkan fokus saya kepada sasaran, yaitu titik sentral atau titik yang paling tengah dari gelombang lingkaran itu, bukankah saya juga melihat lingkaran-lingkaran yang mengelilingi titik sasaran tersebut. Oleh sebab itu Yesus berkata,
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).
Menafsirkan ayat ini Dr. Hymers berkata, “’Maka semuanya akan ditambahkan kepadamu’ menunjukkan bahwa hal-hal materi bagi hidup ini adalah hasil tambahan atau sampingan dari keselamatan, dan bukan goalnya. Goal-nya adalah keselamatan. Hasil sampingan, adalah berkat-berkat materi dari Allah” (How to be Prosperous! What the Bible Teaches! Khotbah di Baptist Tabernacle of Los Angeles, 17 September 2006 www.rlhymersjr.com)
Menurut Richard Baxter bukti-bukti pertobatan Kristen sejati adalah bila ia mengasihi hal rohani lebih dari pada hal duniawi. Dalam bukunya yang berjudul “A Treatise On Conversion” Richard Baxter berkata, “Orang yang mengasihi apa yang ia miliki di dunia ini lebih dari kasihnya kepada Kristus bukanlah orang yang sungguh-sungguh bertobat…. Di sini saya tidak bermaksud supaya Anda semua menjual seluruh harta yang Anda sekalian miliki dan memberikannya kepada gereja atau kepada orang-orang miskin untuk menunjukkan bahwa Anda telah bertobat – walaupun jika Anda lakukan itu baik – namun di sini saya mau menegaskan, jika Anda diperhadapkan pada pilihan untuk memilih harta dunia atau memilih Kristus, apakah Anda dapat melepaskan harta dunia dan memilih mengikut Kristus?” (Dr. R.L. Hymers, Jr dengan judul bukunya A Puritan Speaks to Our Dying Nation, hal. 38).
Dan Paulus berani berkata demikian dalam ayat ini karena ia sudah membuktikan perubahan fokus hidupnya setelah ia bertobat. Pada mulanya ia adalah seorang yang sangat terkenal dan sukses. Namun ketika menjadi orang Kristen ia kehilangan reputasinya dan mulai hidup susah dan menghadapi kerasnya kehidupan… Chrysostom dengan menarik berkata, “Segala sesuatu yang kelihatan, entah penderitaan atau pun kesenangan kedua-duanya membawa kita turun ke dalam penyiksaan” (Henry Alford, The New Testament for English Readers, Baker Book House, 1983 reprint, volume III, p. 1111). Lagi, Chrysostom berkata, “bahwa ia, orang Kristen ini, mungkin tidak dibatasi atau dikuatkan oleh kedua-duanya” (ibid.).
2. Kedua, adalah “yang bersifat sementara.”
“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan,… karena yang kelihatan adalah sementara…” (II Korintus 4:18)
Richard Baxter menjelaskan tentang perubahan hati yang terjadi pada diri orang yang telah bertobat demikian:
“Sebelum pertobatan setiap keinginan Anda adalah untuk hal-hal duniawi dan Anda tidak menginginkan hal-hal tentang Tuhan. Hati Anda menentang hal-hal tentang Tuhan. Anda mencintai hal-hal duniawi yang Anda miliki, atau berpikir tentang hal-hal duniawi yang Anda kuasai. Anda tidak memikirkan Tuhan. Anda tidak menginginkan untuk mendengar tentang, atau berpikir tentang kehidupan yang akan datang di Sorga. Sebelum Anda bertobat Anda tidak menyukai Tuhan atau hal-hal yang suci. Anda tidak suka berpikir tentang semua itu, atau berbicara tentang semua itu, atau terlalu banyak mendengar tentang semua itu. Anda menjadi heran mengapa banyak orang senang mendengar tentang semua itu dan berdoa. Karena bagi Anda sendiri berat untuk memikirkan hal-hal tentang Tuhan” (ibid, hal. 56)
Sebelum seseorang bertobat pikiranya berat untuk berpikir tentang Tuhan. Setelah pertobatan, tidak ada sesuatu yang lebih menarik dari pada Tuhan! Alkitab menjelaskan dua status ini:
“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh…. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Roma 8:5-9).
Dan ketika mengomentarai ayat ini Richard Baxter berkata,
“Di sini Anda melihat, di dalam setiap kata dari Alkitab ini, penjelasan tentang dua kondisi yang berbeda ini – orang yang telah bertobat dan belum bertobat. Kecuali Anda bertobat, pikiran Anda terkonsentrasi pada hal-hal duniawi. Pikiran Anda terkonsentrasi pada kebahagiaan Anda di dunia ini, bukan dunia yang akan datang. Tidak peduli apakah Anda mungkin berbicara tentang mengasihi Tuhan, Tuhan tahu bahwa Anda tidak sungguh-sungguh mengasihi Dia. Tetapi ketika pertobatan itu datang, ia menggeser cara berpikir yang lama dan memberikan pattern pikiran yang baru. Sekarang seseorang yang dulunya memikirkan kedagingan sekarang menjadi memikirkan hal-hal yang rohani.” (ibid)
Apa yang kelihatan atau “hal-hal duniawi” adalah “sementara” dan itu yang menjadi fokus hati dan hidup orang-orang yang belum bertobat? Dan yang menjadi pertanyaan adalah apakah Anda sudah bertobat? Jika Anda sudah bertobat, bukankah tidak seharusnya “hal-hal duniawi” yang bersifat sementara itu menjadi fokus hati dan hidup Anda. Baxter melanjutkan, “Jiwa yang telah bertobat mengetahui kekosongan dan kesia-siaan dari dunia ini ketika ia pertama merendahkan hati dan membuat melihat dosa-dosanya, itu membuatnya melihat bahwa ia telah melanggar hukum Tuhan, dan tidak damai di bawah murka Tuhan. Bagaimana mungkin segala sesuatu di dunia ini dapat memberikan kepadanya damai atau kesenangan? Jika Anda telah bertobat, Tuhan akan menunjukkan kepada Anda kebahagiaan yang lain. Ia akan memberikan kepada jiwa Anda yang sakit, haus akan Yesus, yang adalah air hidup (Yohanes 4:14).”
Jadi saudaraku, saya tidak ingin kedua hal di atas, yaitu “hal-hal yang kelihatan” dan “sementara” menjadi fokus hati dan hidup Anda. Dan saya berdoa agar “hal-hal yang tidak kelihatan” dan “yang bersifat kekal” menjadi fokus hati dan hidup kita semua. Mari kita melihat apakah yang dimaksud dengan “hal-hal yang tidak kelihatan” dan “bersifat kekal” itu!
II. Dari Sudut Positif: Apa yang Menjadi Fokus Kehidupan Kristen
Setelah kita merenungkan sudut pandang negatif yang terkandung dalam ayat kita ini, dan kini saatnya kita akan mempelajari sudut pandang positifnya.
1. Pertama, adalah “hal-hal yang tidak kelihatan.”
“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, …” (II Korintus 4:18)
Dr. R.L. Hymers, Jr berkata,
“Arahkan perhatian Anda dan arahkan hidup Anda kepada apa yang melampaui penglihatan mata fisikal Anda…. Mantapkan hati Anda, dan arahkan hidup Anda kepada apa yang melampaui materi, dunia yang kelihatan. Mantapkan hati Anda dan tujuan hidup Anda, dan kerinduan hati Anda, “bukan kepada hal-hal yang kelihatan, tetapi kepada hal-hal yang tidak kelihatan... Banyak orang tidak pernah melakukan itu…[karena] Orang-orang yang tidak percaya atau belum bertobat dibutakan oleh Setan agar mereka tidak mengarahkan kepada “tidak [menerima] hal-hal tentang Roh Allah” (I Korintus 2:14). Itulah sebabnya mengapa Rasul menyebut mereka sebagai “manusia duniawi.” Hanya orang-orang yang telah bertobat yang mampu melihat apa yang melampaui dunia fisikal, yaitu dunia yang tak kelihatan. Dan hanya orang yang telah bertobat yang akan mengarahkan hidupnya kepada apa “yang tidak kelihatan” (Aim Beyond the Visible! Khotbah di Baptist Tabernacle of Los Angeles, 22 Oktober 2006 www.rlhymersjr.com)
John Trapp, yang adalah seorang ahli tafsir Alkitab dari kaum Puritan, bercerita tentang Basil (seorang penulis Kristen zaman dulu yang), sebagaimana dikutip oleh Dr. Hymers, “Menjelaskan kepada kita bagaimana para martir yang dilemparkan keluar dalam keadaan telanjang di tengah malam musim dingin yang kemudian esok siangnya dibakar [oleh para penyembah berhala], mereka saling menghibur dan menguatan antara satu dengan yang lainnya dengan perkataan-perkataan ini. [Mereka saling berkata satu dengan yang lainnya] “Dingin memang menyakitkan, namun firdaus itu indah; kesusahan adalah cara [hidup bagi Kristus], namun kesenangan akan menjadi akhir perjalanan kita; marilah bertahan menahan dingin yang tidak seberapa ini, dan pangkuan [Abraham] akan segera menghangatkan kita; biarkan kaki kita terbakar sebentar oleh [nyala api para penyembah berhala] agar kita dapat menari-nari untuk selamanya bersama dengan para malaikat; biarkan tangan kita masuk ke dalam nyala api [para penyembah berhala], agar tangan itu dapat menerima kehidupan abadi” (John Trapp, ibid., p. 559).
Mengapa para martir tersebut begitu kuat imannya di tengah penderitaan dan masih bisa saling menghibur antara satu dengan yang lain? Jawabannya jelas, yaitu bahwa mereka memfokuskan hati dan hidup mereka kepada “hal-hal yang tidak kelihatan,” yaitu hal-hal rohani atau hal-hal sorgawi. Penderitaan sementara itu bagi mereka hanyalah pintu menuju kebahagiaan yang tiada batas dan akhir.
Dalam seminggu ini saya membaca banyak literatur baik Kristen maupun non Kristen. Saya adalah hamba Tuhan yang tidak pilih-pilih dalam membaca buku dan tulisan-tulisan lainnya, karena dari semua itu saya mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman. Namun demikian, saya harus tetap mampu menyaring isi dari setiap bacaan yang saya baca. Ada dua buku non Kristen yang saya telah baca habis dalam minggu ini, yaitu “Ajaran Manunggaling Kawulo-Gusti” karya Sri Muryanto dan “Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar” karangan Dr. Abdul Munir Mulkhan.
Dalam buku “Ajaran Manunggaling Kawulo-Gusti,” saya menemukan pernyataan yang menarik yang dikutip dari Khalil Gibran. Khalil Gibran mengatakan “bahwa kesenangan adalah kesediahan yang terbuka kedoknya. Tawa serta air mata datang dari sumber yang sama.” Selanjutnya ia menegaskan: “Semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa, maka semakin mampu jiwa menampung kebahagiaan…. Pada saat kita bencengkerama dengan kebahagiaan di ruang tamu, kesedihan sedang menunggu di pembaringan” (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004, hal. 78-79). Mengomentari pandangan Gibran tersebut Gede Prama menyatakan: “Persoalannya adalah punyakah kita keberanian dan kesabaran untuk berpelukan mesra dengan kesedihan? Nah, inilah sebuah kualitas yang hanya dimiliki oleh sangat sedikit orang. Untuk menerima kebahagiaan, kita tidak memerlukan banyak sikap kedewasaan. Akan tetapi, untuk dapat berpelukan dengan kesedihan, diperlukan kearifan dan tingkat kedewasaan yang mengaggumkan.’ (ibid, hal. 79).
Itu benar, bahwa penderitaan dan kesusahan di dunia ini tidak perlu menghalangi kita untuk menikmati kebahagiaan. Dengan syukur yang senantiasa memenuhi sanubari kita, kebahagian niscaya akan senantiasa mengisi kehidupan kita. Namun apa yang dijelaskan oleh John Trapp di atas adalah kebahagiaan yang melampui kebahagiaan yang kita dapat nikmati di dunia ini. Sebesar apapun kebahagiaan yang kita nikmati di dunia ini tidak dapat dibandingkan dengan kebahagiaan ketika kita sudah masuk ke dalam realm lain, yaitu sorga. Itu adalah “hal-hal yang tidak kelihatan.”
2. Kedua, adalah “hal-hal yang bersifat kekal.”
“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (II Korintus 4:18).
John Bengel menegaskan bahwa “banyak hal yang… sekarang ini benar-benar tidak kelihatan akan menjadi kelihatan ketika perjalanan iman kita [sampai pada garis akhir]” (John Albert Bengel, Gnomon of the New Testament, Wipf and Stock Publishers, n.d., volume III, p. 374). Dan Dr. Hymers melanjutkan, “Suatu hari nanti kita akan melihat Yesus. Suatu hari nanti kita akan melihat Yerusalem Baru, Kota Sorgawi. Suatu hari nanti kita akan melihat Setan dibelenggu dan Kristus memerintah atas seluruh bumi. Ini adalah di antara hal-hal yang bersifat kekal. Ini adalah hal-hal yang harus kita pikirkan dan perhatikan dan kita cari melalui iman.” (ibid)
Sebagaimana dikutip oleh Dr. Hymers juga, Spurgeon berkata:
Kejarlah hal-hal yang bersifat kekal dengan pikiran yang terkonsentrasi. Anda harus memandang kepada hadiah dari akhir perlombaan. Seorang pelari tidak menoleh ke kanan atau ke kiri, atau memandangi bunga indah bermekaran di sepanjang jalan, namun mengarahkan pandangannya kepada hadiah, dan itu yang memotivasinya untuk lari cepat. Ia melangkah sejauh-jauhnya untuk segera mencapai garis akhir, dan memenangkan hadiah perlombaan… Biarlah hal-hal yang bersifat kekal melingkupi hidup Anda di sepanjang waktu… Jadikan semua itu sebagai dasar perencanaan Anda; jadikan itu sebagai dasar pemikiran dan pertimbangan Anda; jadikan itu sebagai dasar hidup dan tindakan Anda; lemparkan seluruh keberadaan Anda ke dalam hal-hal yang bersifat kekal (C. H. Spurgeon, The Metropolitan Tabernacle Pulpit, Pilgrim Publications, 1996 reprint, volume 23, p. 599).
Sorga adalah tempat yang selalu diharapkan oleh orang yang sungguh-sungguh bertobat. Alangkah mengherankan jika ada orang yang mengaku sudah diselamatkan, namun dalam pikirannya hidup di dunia lebih enak dari pada di sorga. Orang-orang demikian biasanya lebih memikirkan kehidupannya di dunia ini daripada pengharapannya akan sorga. Orang yang demikian bukanlah orang yang sungguh-sungguh bertobat.
Saya pernah menjelaskan empat perubahan yang terjadi pada diri orang yang telah bertobat, yaitu perubahan pikiran (change of mind), perubahan hati (change of heart), perubahan hidup (change of mind), dan perubahan kasih saying (change of affection). Dan perubahan ini berarti kini setelah bertobat Anda mengarahkan atau memfokuskan pikiran, hati, hidup dan kasih Anda bukan kepada “hal-hal yang kelihatan” atau “hal-hal duniawi” yang bersifat sementara, namun kepada “hal-hal yang tidak kelihatan” atau “hal-hal rohani” atau “hal-hal sorgawi” yang “bersifat kekal.” Anda harus memiliki change of mind, change of heart, change of life dan change of affection. Sudahkan ini Anda miliki? Jika belum, belumlah terlambat jika Anda mengambil keputusan sekarang untuk bertobat dengan sungguh-sungguh. Ini adalah keputusan yang paling penting dalam sepanjang hidup Anda. Jangan mengambil resiko untuk tidak melakukan ini jika Anda tahu dan seharusnya sekarang sudah tahu bahwa Anda bisa menghindari resiko mengerikan ini. Jangan memperjudikan jiwa Anda, karena Anda tidak tahu kapan pintu pertobatan masih terbuka bagi Anda. Mungkin pintu pertobatan sudah ditutup besok dan jika demikian Anda telah mengambil resiko yang sudah pasti membawa Anda ke Neraka, jika hari ini Anda tidak mau bertobat. Ingat kata-kata saya seturut dengan perkataan Richard Baxter, “Saya berkhotbah seakan tidak lagi bisa berkhotbah kepada Anda lagi. Seperti orang yang sebentar lagi mati, saya berkhotbah kepada Anda yang sebentar lagi mati!” Masuklah ke dalam Kerajaan Allah sekarang, selagi pintu masih terbuka lebar bagi Anda!